kepala sumur

Berminat Kelola Idle Well? Harus Bisa Penuhi Opsi-Opsi Ini, Kata SKK Migas

Jakarta, ruangenergi.com- Berminat kelola sumur idle di hulu migas Indonesia, harus bisa memenuhi opsi-opsi yang dipilih oleh kontraktor kontrak kerja sama hulu migas (K3S) menurut SKK Migas.

Dua opsi yang diberikan kepada kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Opsi pertama adalah mengelola sumur idle tersebut untuk direaktivasi.Opsi kedua adalah KKKS menjalin kerja sama dengan pihak ketiga untuk melakukan reaktivasi.

“Tentu saja salah satunya itu bagaimana kita meningkatkan aset-aset yang saat ini sudah kita miliki. Saat ini kita sudah ada sekitar 4.500 sumur idle yang sudah berpotensi untuk direaktifasi dengan mendorong penambahan produksi minyak nasional,” kata Hudi,Rabu (12/03/2025), di Jakarta.

Dalam catatan ruangenergi.com, Idle well tiba-tiba naik panggung di industri hulu migas Indonesia, saat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) kembali menggaungkan pentingnya pemanfaatan sumur-sumur tidak aktif ini.

Kementerian ESDM memang mendorong pemanfaatan idle wells secara masif untuk meningkatkan produksi migas nasional. Sumur-sumur ini masih memiliki potensi, namun belum dimanfaatkan karena berbagai alasan, seperti kondisi teknis atau keekonomian. Dengan program reaktivasi, diharapkan sumur-sumur tersebut dapat kembali berproduksi secara optimal.

Langkah ini sejalan dengan target pemerintah untuk mencapai produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari dan gas sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari pada tahun 2030. Reaktivasi idle wells dapat menjadi solusi yang lebih efisien dari segi biaya dibandingkan eksplorasi dan pengembangan sumur baru.

“Jadi, idle wells itu sumur eksisting yang tidak perlu dibor lagi. Sumur yang ‘mati suri’ dan tidak diproduksikan oleh K3S, lalu dicoba diaktifkan kembali (reaktivasi). Caranya bisa dengan teknologi EOR (Enhanced Oil Recovery) seperti chemical dan lainnya,” ujar salah satu petinggi migas yang enggan disebutkan namanya kepada ruangenergi.com, Kamis (31/10/2024), di Jakarta.

Ditanya soal biaya pengeboran idle well, dia menjelaskan bahwa hal ini tergantung pada kondisi bawah permukaan (subsurface) dan lapangannya. Misalnya, di Zona 4 Pertamina dengan reservoir Alas Benakat Formation yang dangkal akan berbeda dengan formasi Talang Akar yang lebih dalam dan membutuhkan biaya lebih tinggi.

“Reaktivasi idle well memerlukan teknologi yang sesuai dengan karakteristik lapangan minyak yang ada,” tambahnya.

Ketika ditanya seberapa besar produksi yang diharapkan dari idle wells, ia menyebutkan bahwa diperlukan perhitungan matang karena jumlahnya mencapai ribuan sumur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *