Banda Aceh, ruangenergi.com— Kabar gembira datang dari sektor energi Aceh! Potensi minyak dan gas bumi (migas) di wilayah Serambi Mekkah, khususnya di North Sumatra Basin, berhasil memikat perhatian dua raksasa energi asal Jepang, Japan Petroleum Exploration Co., Ltd. (Japex) dan Japan Oil, Gas and Metals National Corporation (Jogmec). Kedua perusahaan ini secara terang-terangan menyatakan minatnya untuk segera berinvestasi dan menjajaki kerja sama di sektor hulu migas Aceh.
Ketertarikan besar dari Negeri Sakura ini muncul setelah Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) gencar melakukan promosi, termasuk dalam ajang bergengsi Indonesia Petroleum Association (IPA) Convex 2025. BPMA berhasil meyakinkan investor internasional bahwa cadangan hidrokarbon Aceh, terutama di kawasan laut dalam Andaman yang belum tergarap, masih menyimpan peluang kesuksesan eksplorasi yang sangat menjanjikan.
Langkah Serius Investor Jepang
Bukan sekadar basa-basi, Japex dan Jogmec telah menunjukkan keseriusan dengan mengajukan proposal Joint Study Area (JSA) kepada Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas). Proposal ini menjadi langkah awal untuk melakukan studi bersama yang komprehensif. Diharapkan, studi ini akan membuka pemahaman mendalam tentang kondisi geologi dan potensi migas, sekaligus menjadi fondasi untuk menentukan langkah kerja sama bernilai miliaran dolar selanjutnya.
Kepala BPMA, Nasri Djalal, menyambut antusiasme ini sebagai sinyal positif. “Ketertarikan investor Jepang ini menjadi sinyal positif bagi iklim investasi migas di Aceh. Minat dari Japex dan Jogmec menunjukkan bahwa Aceh memiliki daya tarik tersendiri di mata investor internasional,” ujar Nasri. Ia pun memastikan BPMA akan memfasilitasi setiap proses investasi secara transparan dan profesional.
Aceh “Harta Karun” Migas Masa Depan
Perwakilan Jogmec menambahkan bahwa wilayah North Sumatra Basin di Aceh, terutama di kawasan laut dalam, dinilai masih menyimpan “harta karun” yang sangat menarik untuk dieksplorasi lebih lanjut. “Aceh masih menyimpan peluang kesuksesan yang lebih tinggi karena masih banyak wilayah yang belum tergarap, khususnya di kawasan laut dalam Andaman,” tegasnya.
Untuk memaksimalkan potensi ini, BPMA bersama Pemerintah Aceh, perusahaan migas (KKKS), dan akademisi universitas kini gencar melakukan kolaborasi intensif, termasuk studi lapangan dan diskusi ilmiah. Tujuannya hanya satu: memastikan strategi eksplorasi yang tepat untuk menarik cadangan migas nasional dari bumi Serambi Mekkah.
Kehadiran dua perusahaan besar Jepang ini diharapkan menjadi katalisator, yang tidak hanya meningkatkan produksi migas nasional, tetapi juga memperkuat posisi Aceh sebagai salah satu lumbung energi menjanjikan di Indonesia.












