Jakarta, Ruangenergi.com – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaksanakan kegiatan 2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil & Gas, secara virtual.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, dalam sambutannya mengatakan, acara akan dilaksanakan selama 3 hari kedepan, dan bertujuan untuk mendukung tercapainya Renstra IOG 4.0 melalui beberapa hal.
“Pertama, melakukan Identifikasi kebijakan dan strategi untuk dapat meningkatkan investasi di Hulu Migas Indonesia dari kondisi dunia yang semakin kompetitif,” kata Dwi, dalam sambutannya secara daring, (02/12)
Ia melanjutkan, Kedua, meningkatkan kolaborasi antar para investor dan pemangku kepentingan sehingga dapat diperolehnya kesepakatan Program Kerja bersama.
Kemudian, kata Dwi, Ketiga, masukan dari para pemangku kepentingan terhadap Rencana Strategis IOG 4.0 sehingga dapat mempercepat Implementasinya.
“Keempat, Pemberian penghargaan atas pencapaian Kinerja KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) di dalam Industri Hulu Migas,” papar dwi.
Dwi menjelaskan, diskusi dalam Konvensi ini sendiri akan fokus kedalam 4 tema, yaitu, Leadership Commitment untuk mendukung industri Migas sebagai pilar utama untuk Pembangunan Perekonomi Nasional; Memahami perubahan sektor Migas untuk mencari terobosan dalam Menarik Investasi dan Memperbaiki Kolaborasi – berupa pandangan global dari para pembicara Internasional baik dari regulator global maupun agency/ badan kelas dunia.
Selanjutnya, beradaptasi terhadap perubahan dan tercapainya kemandirian Migas untuk Indonesia berupa diskusi panel dengan para pejabat Pemerintah Indonesia dan para pembicara global yang terkemuka dari IOC’s, NOC’s ; Forums dengan para CEO’s; Executing for success – yaitu diskusi teknis untuk mendetilkan Renstra yang akan dipimpin oleh para program owners dengan beraliansi dengan para operator dan para ahli yang berwawasan kelas dunia.
“Telah lama kita mendengar stigma bahwa Indonesia adalah negara kaya minyak dan gas. Namun faktanya sejak tahun 2003, Indonesia telah menjadi negara net importir minyak, dan sejak tahun 1998 hingga saat ini produksi minyak Indonesia berada dalam tren yang terus menurun,” imbuhnya.
Ia mengungkapkan, telah banyak upaya untuk menahan laju penurunan atau bahkan meningkatkan produksi minyak Indonesia.
“Namun harus kita sadari tanpa adanya perubahan mindset dan kemauan untuk keluar dari zona nyaman, upaya-upaya tersebut hanya menjadi (business as usual),” tutur Dwi.
“Di ulang tahun Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang ke-75, di tengah kondisi Krisis Global akibat Pandemi, Presiden Indonesia Bapak Joko Widodo mengajak kita bangsa Indonesia untuk “Bajak Momentum Krisis” untuk berani keluar dari Zona Nyaman dan memberikan karya terbaik dari seluruh bidang yang kita mampu,” terang Dwi.
Untuk itu, lanjutnya, industri hulu migas berusaha memberikan karya terbaiknya melalui Visi Bersama untuk mewujudkan target pencapaian produksi 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari di 2030, atau total sebesar 3,2 juta barel setara minyak per hari.
“Jika target ini tercapai, maka sektor hulu migas akan mencatat rekor produksi migas terbesar sepanjang sejarah Indonesia,” ungkapnya kembali.
Lebih jauh, Dwi menerangkan, untuk itu konvensi ini diharapkan dapat menjadi platform bagi titik balik perubahan mindset Industri Hulu Migas yang lebih mengedepankan pola kerja ekstra-normal, dara kerja luar biasa, smart shortcut dan berorientasi hasil.
Sehingga Visi Industri Hulu migas untuk mengoptimalkan potensi hulu migas yang masih sangat besar, yang tersusun dalam Rencana Strategis (Renstra) IOG 4.0 dapat tercapai.
“Mari bersama-sama kita terus bergandengan tangan, untuk menjadi elemen penggerak dalam pembangunan nasional, dengan terus bersinergi dan mencari terobosan – terobosan baru untuk mendukung kemandirian energi serta pertumbuhan ekonomi nasional,” tandasnya.