Jakarta, Ruangenergi.com – Menteri ESDM, Arifin Tasrif, dalam sebuah webinar milenial energi mengatakan, ada beberapa jenis energi baru dan terbarukan (EBT) yang dapat dimanfaatkan di tengah badai Covid-19, salah satunya yakni Limbah Biomassa, dan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).
“Kalau kita ingin memanfaatkan biomassa yang berasal dari tanaman atau tumbuhan kalorinya 3.000 sampai 4.000 kilo kalori per kilogram,” ungkap Arifin, (10/08).
Pada limbah biomassa, Arifin mengungkapkan, dapat menggunakan pohon Kaliandra, yang mana setara dengan 4.200 kkal/kg.
Kemudian, Serat Sawit yang mampu menghasilkan energi setara 4.556 kkal/kg; Bagas Tebu setara 4.213 kkal/kg; Sekam Padi setara 3.053 kkal/kg; Tangkos setara 3.700 kkal/kg.
Adapun contoh PLTBm yang telah beroperasi berada di Pulau Kundur, Kepualan Riau, dengan kapasitas 1 MW.
Kemudian, Co-Firing di PLTU Jeranjang, Nusa Tenggara Barat, dengan menggunakan biomassa sebesar 5 persen.
Dirinya berarap pembangkit listrik yang berasal dari biomassa, air, surya, hingga angin, dapat diterapkan di daerah lainnya, terlebih di daerah yang masuk kedalam 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar).
“Mudah-mudah ini bisa kita terapkan, sehingga daerah-daerah terpencil bisa mengandalkan sumber-sumber yang ada di daerahnya untuk bisa mengembangkan industri dan meningkatkan pendapatan dan menumbuhkan laju pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
Ia menambahkan, energi Biomassa dari bonggol Jagung juga dapat dikembangkan. “Kalau yang bonggol Jagung, akan kita kembangkan di Sumatera Barat,” ujarnya.
“Ini yang kita harapkan dari adik-adik mahasiswa yang menjadi andalan kita. Bagaimana kedepan bisa memanfaatkan sumber-sumber yang ada di negeri kita untuk menghasilkan energi terbarukan, dan bisa menciptakan wirausaha (entrepreneur) baru,” kata arifin kepada peserta seminar yang kebanyakan berasal dari sektor Pendidikan (Universitas maupun Sekolah Tinggi).

Ia menjelaskan, sebagai negara yang beriklim tropis banyak sumber biomassa potensial yang dapat dimanfaatkan.
“Saya berharap, karena biomasa ini sumbernya di negara kita yang tropis ini sangat potensial, kemudian juga industri-industri pendukungnya dalam skala-skala tertentu bisa di produksi di dalam negeri. Jadi, kedepannya kita harapkan biomasa ini bisa dikembangkan,” paparnya.
Sementara, untuk PLTSa, Menteri ESDM, mengatakan, potensinya ada dimana-mana dan jumlah yang dapat dimanfaatkan sangat besar.
Ia sangat menyayangkan, hanya saja hingga kini pemanfaatan energi dari limbah sampah masih sangat kecil.
“Kedepan kita harapkan ada trobosan baru sehingga kita bisa membantu bagaimana mengatasi masalah persampahan di negara kita ini,” urai Arifin.
Ia menegaskan, ada beberapa hal yang dapat membantu agar pengembangan PLTSa di dalam negeri dapat terealisasi menjadi besar.
Pertama yakni, lanjut Arifin, bagaimana kebiasaan memilah sampah organik dan non organik, bisa dipisahkan di tiap-tiap rumah tangga.
Kemudian, transportasi membawa sampah ketempat penampungan dan disana ada proses pemilahan sehingga bisa dijadikan sumber energi.
Pasalnya, hingga saat ini baru dua wilayah yang sudah menerapkan pemanfaatan limbah sampah untuk menghasilkan energi yakni RDF (Refuse Derived Fuel) Plant Cilacap, Jawa Tengah, untuk Kiln Semen dan Proyek TOSS (Tempat Olah Sampah Setempat) di Klungkung, Bali.
Ia megungkapkan, RDF yakni bahan bakar yang berasal dari limbah (sampah) yang telah melalui proses pemilahan, homogenisasi menjadi ukuran butiran kecil atau dibentuk menjadi pelet yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil.
Kelebihan dari RDF ini yakni dapat mengurangi timbunan sampah dalam jumlah yang signifikan dalam waktu relatif singkat.
Kemudian, RDF dapat di produksi dalam waktu cepat (pemanfaatan langsung) dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis teknologi termal.
Sementara, kekurangan RDF adalah, kualitas kalori sangat tergantung dari jenis sampah yang dimanfaatkan.
Kemudian, konten energi hanya setara dengan low rank coal, dan memerlukan biaya pre treatment jika pemilahan sampah pada sumbernya belum berjalan dengan baik (masih bercampur antara sampah organik dan non organik)
Sumber dan contoh pemanfaatan RDF yakni, RDF dapat diproduksi dari berbagai jenis limbah, seperti municipial solid waste (MSW) atau limbah padat perkotaan, limbah industry, limbah komersial, ataupun limbah pertanian/hutan.
“Saya harap kedepannya ini akan menjadikan model untuk yang lain, dan kita harapkan memang nanti dari Company (perusahaan) bisa di evaluasi, sehingga bisa menghasilkan skema yang lebih efisien dan lebih ekonomis,” tandasnya.