Fuel Cell Hydrogen Masa Depan Energi,METI Serukan Pemanfaatnya Segera

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, Ruang Energi- Ketum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia(METI) Surya Darma, kepada ruangenergi.com menyatakan ditengah krisis energi hydrogen dapat dijadikan silusi di masa depan.

Surya menjelaskan, pada tahun 2014 saat sedang penysunan KEN, berbagai analisis dilakukan Indonesia khususnya oleh BPPT dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan energi dalam neegri. Apalagi dalam energi outlook saat itu, diperkirakan bahwa dengan kondisi penggunaan energi saat itu, maka Indonesia akan menjadi negara net importer pada tahun 2033 dan jika peningkatan kebutuhan bahan bakar lebih cepat maka net importer energi akan terjadi lebih awal yaitu tahun 2030.

“Hal ini tetu saja akan mengancam ketahanan energi Indonesia. Oleh karena itu, upaya pemanfaatan energi diluar fosil adalah energi terbarukan dan energi bersih termasuk fuel cell”,kata Surya Darma, Sabtu(13/3/21).

Lebih lanjut dia menegaskan, dari situlah kemudian muncul KEN yang berupaya meningkatkan porsi energi terbarukan yang saat itu masih sekitar 6% menjadi 23% pada tahun 2025. Namun, wacana pemanfatan hydrogen sebagai pengganti bahan bakar juga mencuat dengan keberhasilan riset yang dilakukan BPPT dan implementasi fuel cell di beberapa negara seperti Amerika, Inggris dan lain-lain.

Bahkan mereka juga sudah menyiapkan infra struktur stasiun pengisian fuel cell dalam jumlah yang signifikan. Indonesia yang tidak mau ketinggalan, mulai juga melirik ke fuel cell karena teknologinya yang secara potensi dapat dimanfaatkan secara luas untuk berbagai aplikasi -termasuk transportasi, mikro power, dan BTS. Karena itulah BPPT pada saat itu mulai menggalang dukungan dengan berbagai stakeholder selain BPPT seperti LIPI, BATAN, Kementerian ESDM, ITB, UGM, Universitas Kebangsaan Malaysia, Pertamina, Total, PT Cascadiant Indonesia dan Perusahaan Prancis Air Liquide Hydrogen.

Sel bahan bakar hidrogen atau fueel cell memang memiliki berbagai kelebihan seperti tidak ada emisi kendaraan selain uap air, ekonomi bahan bakar setara dengan sekitar dua kali lipat dari kendaraan bensin.

Selain itu, hidrogen juga melimpah di alam, dan dapat dibuat dari energi terbarukan. Namun demikian, kekurangannya pada saat ini adalah teknologinya untuk energi masih mahal.

“Perlu dicermati penyimpanan hidrogen dalam kendaraan masih belum tentu dapat diterima karena bertekanan sangat tinggi. Beberapa tempat untuk mengisi bahan bakar. Hidrogen sangat mahal untuk diangkut dan belum ada infrastruktur yang tersedia”,jelasnya

Saat ini bahan bakar hidrogen masih dibuat dari gas alam tak terbarukan dalam proses yang menghasilkan emisi CO2 yang relatif sangat besar. Karena itu, masih dalam perdebatan walaupun sebetulnya bisa juga dibuat dari energi terbarukan.

Dalam KEN pun jenis energi ini juga belum dimasukkan secara spesifik. Sekarang masih dibungkus dalam kelompok EBT lainnya. Mengingat Indonesia masih alergi bicara harga energi yang lebih mahal, maka fuel cell pun kelihatannya masih belum menjadi prioritas.

“Namun saya yakin, hydrogen itu adalah sumber energi yang potensial juga dimasa mendatang”,pungkas Surya Darma