Jakarta, Ruangenergi.com – Kemenangan Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, pihaknya akan secara masif mendorong pembangunan pembangkit listrik yang bersumber dari Energi Baru Terbarukan (EBT), melalui pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTBayu).
Hal tersebut, dilakukan guna mencapai pasar yang menarik bagi investasi dan pengembangan industri dalam negeri. Sekaligus meningkatkan bauran EBT sebesar 23% hingga 2025.
Dalam sebuah webinar bertajuk Potret Energi Indonesia, Menteri ESDM, Arifin Tasrif mengatakan, pemerintah ingin memaksimalkan implementasi bioenergi melalui Program Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik berbasis sampah Kota (PLTSa) di 12 Kota.
Menurutnya, pemanfaatan biomassa dan sampah ini bisa dijadikan sebagai bahan baku co-firing untuk mengurangi emisi, serta pelaksanaan mandatori B30, dan pengembangan green refinery.
“Alhamdulillah, di sektor Bio, saat ini kita sedang berinovasi untuk bisa mendapatkan katalis yang bisa mengkonversi CPO (Crude Palm Oil/ minyak kelapa sawit) menjadi bahan bakar pengganti energi fosil,” kata Arifin, (21/10).
Dikatakan olehnya, meskipun saat ini mandatori B30 masih dalam bentuk campuran. Akan tetapi, pihaknya berharap kedepan pengembangan teknologi katalis ini bisa dikembangkan, sehingga Pemerintah dapat melakukan konversi 100% bio.
“Jadi kita bisa menggunakan EBT untuk me-replace energi fosil yang akan habis,” bebernya.
Selain itu, lanjut Arifin, Pemerintah juga mendorong pengembangan Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) berbasis kewilayahan melalui program Flores Geothermal Island. Targetnya adalah pemenuhan beban dasar listrik dari panas bumi di Pulau Flores.
“Jika program ini berjalan baik diharapkan daerah lain juga melakukan hal yang sama,” ungkap Arifin.
Tak hanya itu, Pemerintah juga mempunyai program untuk mengurangi risiko ekplorasi yang dihadapi oleh para pengembang panas bumi.
Arifin menegaskan, melalui program Government Drilling, Pemerintah mengenalkan skema pengembangan panas bumi, di mana kegiatan eksplorasi tersebut nantinya akan dilakukan oleh Pemerintah.
Untuk itu, katanya, target rasio elektrifikasi di seluruh desa di Indonesia, terutama di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) akan tercapai.
Sebagaimana diketahui, rasio elektrifikasi hingga Juni 2020 mencapai 99,09 persen. Tentunya bukan perkara mudah dalam mencapai angka 100% rasio elektrifikasi, salah satu tantangannya yakni kondisi geografis Indonesia yang sangat menantang.