Tangerang, Banten, ruangenergi.com-Di landasan pacu Bandara Soekarno-Hatta, deru mesin pesawat kargo terdengar lebih nyaring dari biasanya pada Kamis (12/12/2025).
Namun, kali ini bukan koper pelancong atau barang dagangan yang mengisi lambung pesawat, melainkan harapan. Harapan yang dikemas dalam ribuan kotak untuk saudara-saudara di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang tengah terkepung banjir dan longsor.
Ketika jalur darat terputus dan akses menjadi tantangan terberat, langit menjadi jalan pintas terbaik untuk menyalurkan pertolongan.
Inilah respons cepat yang digalang oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Mereka tidak sedang mengirimkan turbin atau mengebor minyak, melainkan mengalirkan “energi” dalam bentuk lain: kemanusiaan.
Bencana banjir yang melanda wilayah Sumatera Bagian Utara telah melumpuhkan sendi kehidupan. Rumah terendam, akses jalan tertutup longsor, dan ribuan warga terpaksa mengungsi. Dalam situasi kritis seperti ini, kecepatan adalah kunci.
Menyadari sulitnya medan, Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, bersama Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, memilih jalur udara untuk memastikan bantuan sampai ke titik-titik yang sulit dijangkau.
“Bantuan ini merupakan bentuk tanggung jawab moral dan kepedulian… Kami ingin memastikan bahwa negara hadir untuk membantu warga yang terdampak,” ujar Yuliot Tanjung dengan nada tegas saat melepas bantuan tersebut, Rabu (11/12/2025).
Bagi Yuliot, bantuan ini bukan sekadar angka atau logistik, melainkan simbol kehadiran negara di tengah warganya yang sedang berduka.
Hari itu, Jumat (12/12/2025), data logistik mencatat angka yang spesifik: 12 Ton dan 146 Kilogram. Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, merinci muatan tersebut dengan cermat. Di dalam perut pesawat kargo itu terdapat tenda-tenda besar untuk menaungi pengungsi dari hujan dan panas, genset untuk menerangi malam-malam gelap di pengungsian karena matinya jaringan listrik, hingga jet cleaner yang krusial untuk membersihkan lumpur tebal pasca-banjir nanti.
“Penyaluran bantuan secara kontinyu kita lakukan. Siang ini masuk kargo pesawat dan terbang menuju lokasi,” ungkap Djoko.
Tak hanya peralatan berat, paket bantuan ini menyentuh kebutuhan paling mendasar manusia. Ada selimut untuk menghalau dingin, matras agar pengungsi tak tidur di atas tanah basah, perlengkapan bayi untuk generasi penerus yang rentan, hingga obat-obatan dan sanitasi. Semua disiapkan berdasarkan koordinasi ketat dengan BNPB dan Pemda setempat agar tepat sasaran.
Langkah ini menunjukkan wajah lain dari industri hulu migas. Di balik helm proyek dan rig pengeboran yang gagah, terdapat rasa solidaritas yang kuat. Para kontraktor migas (KKKS) yang beroperasi di wilayah Sumatera Bagian Utara bahu-membahu mengumpulkan sumber daya demi meringankan beban masyarakat sekitar.
Pesawat kargo itu kini telah lepas landas, membelah angkasa menuju Sumatera. Di dalamnya, tidak hanya terangkut logistik, tetapi juga pesan kuat bahwa dalam situasi terburuk sekalipun, para korban banjir tidak sendirian. Energi persaudaraan dari Jakarta telah dikirimkan, siap menerangi harapan di tengah genangan air mata dan bencana.











