Jakarta, Ruangenergi.com – Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI-ICMA) merespon positif atas kenaikan harga batubara kontrak pengiriman Oktober di Ice Newcastle naik sebesar 1,51% ke US$ 182 per ton.
Pasalnya ini merupakan rekor tertinggi harga batubara sepanjang sejarah. Kenaikan harga batubara tersebut disinyalir karena India mulai membuka aktivitas ekonominya dan China yang baru pulih dari banjir yang melanda.
“APBI merespons positif terhadap kenaikan harga batubara dan member kami berusaha untuk mengambil kesempatan meningkatkan produksi mengisi kekurangan supplai,” ungkap Direktur Eksekutif APBI-ICMA, Hendra Sinadia, saat dihubungi Ruangenergi.com, (17/09).
Ia menambahkan, APBI optimis target produksi batubara nasional tahun 2021 yang ditetapkan pemerintah sebesar 625 juta ton akan tercapai, meskipun tantangan yang dihadapi cukup beragam di daerah wilayah pertambangan seperti intensitas curah hujan dan lainnya.
“Sampai akhir Juni produksi batubara nasional telah mencapai 300 juta ton. Hujan masih berlanjut sampai saat ini terutama di pulau Kalimantan dan cukup berdampak terhadap usaha pencapaian target produksi yang telah ditetapkan pemerintah,” imbuhnya.
Lebih jauh, ia mengungkapkan bahwa pihaknya berharap kenaikan harga batubara yang terjadi di pasar internasional dapat mengevaluasi Pemerintah Indonesia dalam memberlakukan Harga Patokan Batubara (HPB) untuk domestik.
“Besar harapan kami harga HPB patokan untuk pembangkit listrik dalam negeri dapat di evaluasi kembali membayangi pergerakan harga pasar,” tutupnya.