Jakarta,ruangenergi.com-Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) hari ini,Rabu (05/05/2021),akan menggelar rapat bersama dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) untuk membahas secara detail rencana evakuasi kapal selam KRI Nanggala-402 yang tenggelam di perairan Bali Utara beberapa waktu lalu.
Rapat bersama ini merupakan bentuk dukungan SKK Migas untuk bisa membantu TNI AL mengevakuasi kapal selam tersebut.
“Untuk rencana evakuasi Nanggala masih kita diskusikan detail nya, hari ini kami rapat dengan Mabes AL. Ini pekerjaan sangat rumit. Harus cermat dan sangat hati-hati,”kata Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno,kepada ruangenergi.com,Rabu (05/05/2021),di Jakarta.
Dalam catatan ruangenergi.com,Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto, mengungkapkan, sektor hulu migas turut berbelasungkawa atas musibah yang terjadi pada KRI Nanggala-402.
“Pertama-tama sektor hulu migas ingin menyampaikan rasa duka cita yang mendalam atas gugurnya 53 patriot bangsa di dalam musibah KRI Nanggala-402,” jelas Dwi dalam video yang berdurasi 1:08 detik yang diterima Ruangenergi.com (28/04).
“Kepada seluruh keluarga besar TNI, khususnya TNI-AL, dan kepada seluruh keluarga yang ditinggalkan semoga dapat diberikan ketabahan dan kekuatan dalam menghadapinya,” sambung Dwi.
Terpisah,Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya W.Yudha mengapresiasi upaya SKK Migas bersama K3S untuk evakuasi KRI Nanggala-402.
“Saya sampaikan terima kasih dan apresiasi upaya SKK Migas libatkan KKKS Eni untuk bantu evakuasi KRI 402,” ucap Satya.
Dia berpesan agar ENI bisa menceritakan proses evakuasinya.
“Harus diceritakan proses evakuasinya oleh ENI,” pinta Satya.
KRI Nanggala (402), juga dikenal sebagai Nanggala II, merupakan kapal selam kedua dalam jenis kapal selam kelas Cakra. KRI Nanggala berada di bawah kendali Satuan Kapal Selam Komando Armada RI
Kapal selam KRI Nanggala-402 adalah kapal selam serang bermotor diesel-listrik tipe U-209 buatan Jerman. Kapal selam itu diproduksi tahun 1978 di galangan Howaldtswerke-Deutsche Werft di Kiel, dipesan Indonesia tahun 1979 dan diserahkan kepada Indonesia Oktober 1981 di Jerman.