Hilmi Panigoro: Harus Realistis Dalam Proses Transisi Energi

Jakarta,ruangenergi.com-Pencapaian target produksi migas pemerintah dan penurunan emisi karbon seperti dua hal yang bertentangan.Betulkah demikian?

Pertanyaan itu diucapkan Direktur Utama PT Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro dalam diskusi “Masa Depan Industri Hulu Migas Indonesia” bersama SKK Migas dan insan media secara virtual pada Rabu, 10 November 2021 di Jakarta.

“Saya melihatnya begini.Tadi Pak Dwi (Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto-Red) memperlihatkan permintaan energi baik secara global maupun regional.Memang bauran energi baru dan terbarukan ini akan meningkat,dan fossil fuel akan berkurang.Tapi secara volume dia masih tetap.Medco baru saja menyelesaikan studi,kami meng-engage satu consultant; apa yang terjadi kalau electric vehicle ini di-develop dengan akselerasi itu lebih cepat dari yang sekarang? Apa yang terjadi sekarang dengan tahun 2040? Ternyata, hilangnya demand minyak itu sekitar 11 juta barel per hari. Artinya apa? 10 persen hilang dalam waktu 20 tahun.Akan tetapi pertumbuhan untuk aviasi, konsumsi dan petrokimia itu masih terus terjadi.Sehingga all in all, masih naik sekitar 1 persen per tahun.Oleh sebab itulah,apa yang disampaikan Pak Dwi tadi, 1 juta barel bopd dan 12 bcf per hari di 2030 its necessary untuk negara seperti kita,” ungkap Hilmi dengan ekspresi wajah serius.

Hilmi menuturkan,Indonesia,ASEAN dan Asia ini unik.Kita tidak bisa bandingkan apa yang dikerjakan disini, dibandingkan apa yang dikerjakan di Eropa dan Amerika.

“Karena itulah menurut saya, kita komit menurunkan karbon.Kita juga harus realistic di dalam proses transisi ini.Kita harus make sure ,kita bisa menyediakan energi yang affordable, dan sustainable,” tutur Hilmi lagi.

Dengan lugas Hilmi menjelaskan, sebetulnya di industri migas ini operasi yang bersih dan luasan lingkungan itu sudah menjadi prioritas yang tinggi.Itu semua sudah Medco lakukan.

“Kita ingin selalu energi yang kita pakai itu yang paling efisien.Bedanya,sekarang harus kita laporkan dari waktu ke waktu sebagai bagian komitmen kita dari ESG (environmental, social, and governance) yang harus memasukan energi bersih di dalam keterbukaan usaha. Alhamudullilah sebetulnya sejak dari tahun 2018,kita berhasil menurunkan intensitas karbon kita dari 248 ke 218 seperti yang tadi saya sampaikan dalam kilogram C02 ekuivalen. Apa yang dilakukan? Saya kira yang pertama,dioperasi kita sendiri. Hampir semua mesin-mesin kita gunakan teknologi yang paling efisien.Sehingga dari waktu ke waktu kita bisa menurunkan emisi,”papar Hilmi.

Dalam paparannya,Hilmi menjelaskan, hal yang tidak kalah pentingnya,yakni bagaimana Medco menuju kepada portfolio menuju kepada energi bersih.

“Sebagai contoh, di Amman operasi tambang kita di Sumbawa, hari ini kita sedang proses pembangunan pembangkit listrik tenaga gas untuk menggantikan coal yang ada di sana. Itu yang nomor satu. Nomor dua, kita membangun pembangkit listrik matahari (PLTS/pembangkit listrik tenaga surya-Red) sebanyak 26 megawatt. Kenapa masih perlu gas? Karena matahari masih banyak intermittennya. Sehingga transisinya harus dijaga oleh gas. Itulah sebabnya tadi saya sampaikan, dalam proses transisi energi ini, gas dan minyak tetap menjadi hal yang penting.Karena kita tidak ingin pada saat transisi energi terjadi itu infrastruktur pendukung belum jadi tiba-tiba terjadi kelangkaan,” tutur Hilmi lagi.

Dalam diskusi yang diinsiasi Medco Energi ini,menghadirkan pemaparan Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto. Menurut Dwi,SKK Migas telah menyusun rencana strategis, Indonesian Oil and Gas (IOG 4).0.
Upaya ini untuk meningkatkan peran strategis industri hulu migas bagi perekonomian nasional, mengingat kebutuhan migas masih akan terus meningkat dimasa mendatang. IOG 4.0 mencakup tiga target besar pada 2030.

Pertama, memproduksi minyak 1 juta BOPD serta gas bumi sebanyak 12 BSCFD. Target kedua meningkatkan multiplier effect industri hulu migas terhadap sektor lainnya, sehingga bisa memperkuat kapasitas nasional yang berdaya saing.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *