Jakarta, Ruangenergi.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, Harga Minyak Mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) bulan Oktober mengalami kenaikan sebesar US$ 0,64 per barel dari bulan September.
Kenaikan ini menyusul membaiknya marjin untuk produk light distillate di pasar Asia Pasifik.
Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 225 K/12/MEM/2020, ICP bulan Oktober 2020 ditetapkan sebesar US$ 38,07 per barel atau naik dari bulan sebelumnya sebesar US$ 37,43 per barel.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Agung Pribadi mengatakan, kenaikan ICP bulan Oktober ini tidak sejalan dengan perkembangan harga minyak mentah dunia.
“Justru harga minyak di pasaran global mengalami penurunan,” jelas Agung di Jakarta, (13/11).
Menurut Agung, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun dari US$ 39,63 per barel menjadi US$ 39,55 per barel.
Demikian pula dengan jenis (dated) Brent yang juga mengalami penurunan dari US$ 41,87 per barel menjadi US$ 41,52 per barel.
“Penurunan juga terjadi pada Basket OPEC dan Brent (ICE) masing – masing jadi US$ 40,25 per barel dan US$ 41,52 per barel,” papar Agung.
Ia menambahkan, salah satu faktor yang punya pengaruh kuat terhadap pergerakan minyak mentah dunia adalah kekhawatiran pelaku pasar seiring peningkatan kasus Covid-19 di sejumlah negara di dunia, terutama di Eropa, menyebabkan penerapan kembali lockdown sehingga semakin meredupkan prospek perbaikan permintaan minyak.
Sementara itu, lanjut Agung, diagnosa Covid-19 pada Presiden Amerika Serikat juga menjadi pemicu di samping perlemahan pasar tenaga kerja di Amerika. Paket stimulus fiskal Amerika Serikat sendiri akan dilanjutkan kembali proses negosiasinya setelah pemilihan Presiden.
Selain kondisi ekonomi politik, laporan OPEC bulan Oktober 2020 memproyeksikan bahwa permintaan minyak mentah global akan mengalami penurunan sebesar 9,5 juta bopd dan pasokan minyak mentah global diperkirakan meningkat sebesar 310.000 bopd hasil dari pulihnya produksi minyak mentah AS. Tercatat produksi minyak mentah AS yang mencapai 11,1 juta bopd, tertinggi sejak Juli, dengan rekor kenaikan per minggu sebesar 1,2 juta bopd.
Kemudian, Baker Hughes melaporkan peningkatan operasional oil rig di AS, 221 oil rig, tertinggi sejak bulan Mei. Terakhir, menguatnya nilai tukar Dollar AS mengakibatkan investor mengalihkan investasi mereka dari pasar komoditas.
Lebih jauh, agung, mengatakan faktor lain adalah berlanjutnya produksi minyak mentah dari Norwegia setelah berakhirnya aksi mogok kerja pekerja offshore oil & gas dan peningkatan pasokan OPEC+ terutama pasokan Arab Saudi dan Rusia, termasuk juga peningkatan produksi dari negara-negara OPEC yang dikecualikan dari kuota pemotongan produksi (Iran, Venezuela dan Libya).
Untuk di kawasan Asia Pasifik, kata Agung, penurunan harga minyak mentah selain disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, juga dipengaruhi oleh stok minyak mentah China yang tinggi setelah negara tersebut membeli minyak mentah dalam jumlah besar di musim semi lalu, saat harga minyak mentah rendah.
“Penurunan tingkat pengoperasian kilang di Asia, dengan tingkat operasional di Jepang turun ke level 70% dan Korea Selatan turun ke level 60%, juga menyebabkan penurunan harga minyak mentah di kawasan Asia Pasifik,” tandas Tim Harga Minyak Mentah Indonesia.