Industri Migas Masih Akan Bertahan dan Jadi Andalan PNBP

Jakarta, Ruangenergi.com – Tren harga minyak yang masih belum tinggi serta lapangan minyak dan gas (Migas) di tanah air yang sudah cukup tua menjadi persoalan tersendiri bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dalam melakukan kegiatan eksploitasi maupun eksplorasi.

“Hal ini nengingat industri migas butuh biaya yang besar sehingga cost per barrel semakin besar. Tapi kita masih punya potensi cekungan migas yang belum dieksplorasi dan menjadi harapan dalam meningkatkan potensi cadangan migas kita.,” kata Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan kepada Ruangenergi.com di Jakarta, Selasa (26/1/2021).

Memang, kata dia, di tengah situasi sulit seperti saat ini dimana pandemik Covid-19 masih belum berakhir tantangannya menjadi lebih besar lagi.

“Tapi industri migas kita masih akan tetap bertahan dan tetap menjadi andalan PNBP Pemerintah ke depannya,” ujar Mamit Setiawan.

Namun demikian, kata dia, Pemerintah harus memberikan dukungan dan kemudahan berinvestasi bagi investor ke depannya, seperti kemudahan perijinan, insentif perpajakan dan pastinya adalah kepastian hukum menjadi persoalan utama.

“Apalagi sampai saat ini, revisi UU Migas belum juga selesai. Padahal ini yang banyak ditunggu KKKS atau investor bahwa mereka berinvestasi butuh kepastian hukum mengingat industri migas adalah industri yang high cost dan high risk,” paparnya.

Menurut Mamit, upaya pemerintah dengan memberikan pilihan menggunakan skema gross split atau cost recovery merupakan hal yang cukup menarik bagi investor. Karena ada keleluasaan dalam menghitung keuntungan bagi perusahaan.

“Selain itu, dengan memperbanyak kegiatan pengeboran development dan juga well services merupakan cara untuk menjaga produksi dan menemukan potensi reservoir baru. Optimalisasi zona reservoir dari sumur existing adalah keharusan mengingat belum semua lapisan reservoir di produksikan,” papar Mamit.

“Misalnya zona produksi sekarang ada di lapisan P3, maka ketika habis akan di lanjutkan ke lapisan P2 jika lapisan P2 habis maka akan dilanjutkan ke P1. Begitu bisanya alur dalam memproduksikan lapangan migas,” tambah dia.

Masih menurut Mamit, kegiatan EOR juga merupakan salah satu upaya dalam menjaga dan meningkatkan produksi. Memang yang menjadi pekerjaan rumah saat ini harga EOR mahal untuk surfactantnya.

“Tapi diharapkan dengan kemajuan teknologi, ke depan harga EOR bisa lebih murah dan mencapai keekonomian. Perlu penelitian dari anak bangsa dalam menciptakan EOR yang murah dan ekonomis,” pungkasnya.(SF)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *