Jakarta,ruangenergi.com-Ketua Dewan Pakar AESI dan juga Wakil Ketua Dewan Pakar METI Arya Rezavidi merasa perlu meluruskan pemberitaan pengosongan Pulau Rempang untuk penjualan listrik PLTS ke Singapore dan pembuatan pabrik modul surya serta kaca.
Arya menjelaskan, sesuai pernyataan pemilik MEDCO, PLTS yang akan dibangun untuk dijual listriknya ke Singapore adalah di Pulau Bulan, Riau, bukan di Pulau Rempang
Baik pabrik kaca maupun pabrik modul surya termasuk infrastrukturnya tidak memerlukan lahan seluas 17.000 HA. Pabrik kaca terbesar di China, Fuyao Glass Industry saja hanya menempati 128 HA.
“Kalaupun membangun rantai pasok sel surya sampai ke hulu termasuk pemurnian pasir Silika dan pembuatan ingot Silikon, maka sangat tidak mungkin dibangun di P Rempang. Pembuatan ingot Silikon adalah industri yang padat energi. Cost energy maksimum saat ini adalah US$4 cents/ kWh. Di atas itu akan sangat tidak ekonomis. China saja membangun pabrik pembuatan ingot silika di Provinsi Xin Jiang, dimana di sana energinya didapat dari PLTU Batubara mulut tambang,” kata Arya dalam keterangan tertulis yang diterima ruangenergi.com,Selasa (19/09/2023) di Jakarta.
Arya menjelaskan juga, pabrik sel dan modul surya TRINA SOLAR yang baru-baru ini dimulai pembangunannya di Kawasan Industri Tegal dengan kapasitas 3 GW/ tahun saja tidak memerlukan lahan ribuan hektare, dan itu sudah terbesar di Indonesia.
“Pabrik modul surya terbesar saat ini yang ada di Indonesia adalah Apollo Solar yang ada di Batam dengan kapasitas 800 MW/ tahun lahannya hanya beberapa Hektare saja. Kalaupun ditambah dengan pabrik sel suryanya, tidak akan memerlukan lahan 100 HA. Kalau pasir silikanya bersumber dari Kalimantan, maka yang paling tepat adalah membangun smelter silika di Kalimantan Utara, dimana di sana akan dibangun PLTA Kayan, yang harga listriknya mungkin bisa di bawah US$4 cents/ kWh,”ungkap Arya yang juga aktif di energi terbarukan itu.
Pembebasan lahan sampai seluas 17.000 HA di P Rempang, lanjut Arya, tidak ada kaitannya dengan pabrik sel surya. Lahan seluas itu adalah utk membangun kota baru dengan konsep ECO CITY.
“Yang jadi pertanyaan akan dijual kepada siapa rumah-rumah disana ? Yang pasti harganya akan mahal. Penduduk Sumatera atau Jawa? Jelas kecil kemungkinannya. Yang pasti adalah dijual kepada penduduk Singapore yang lahannya makin sempit dan harganya sangat mahal di sana. Ini berarti memfasilitas ekspansi orang Singapore ke Indonesia,”pungkas Arya menduga-duga.