Jakarta, Ruangenergi.com – Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, mengungkapkan bahwa bauran energi terbarukan itu adalah keniscayaan yang suatu saat nanti pasti akan terjadi di dunia secara global.
Terlebih saat ini global tengah berlomba memanfaatkan dan mengembangkan potensi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang terkandung dalam suatu wilayah atau negara termasuk Indonesia.
Lambat laun, masyarakat akan mengalihkan konsumsi energinya dari energi fosil ke energi yang lebih bersih. Meski demikian, Mamit menuturkan, agar jangan terburu-buru dalam men-switch dari fosil ke EBT. Sebab dampaknya akan berimbas terhadap negara dan masyarakat khususnya masyarakat kecil.
“Tapi jangan juga kita terburu-buru dalam artian memaksakan hal tersebut. Karena sejauh ini, tarif renewabel energy di Indonesia itu masih cukup tinggi dan belum affordable untuk masyarakat kecil,” terangnya kepada Ruangenergi, (26/09).
Menurutnya, bauran energi terbarukan yakni persentase total antara konsumsi final energi terbarukan, terhadap total konsumsi energi final. Hal tersebut untuk mengetahui seberapa besar proporsi penggunaan energi terbarukan terhadap energi total.
Selain itu, dirinya khawatir upaya-upaya menuju bauran energi yang dipaksakan agar cepat terealisasi tersebut, sebab nantinya benar-benar akan memberatkan masyarakat.
Ia kembali menerangkan, tak menutup kemungkinan jika nantinya akan ada kenaikan tarif dasar listrik akibat keharusan pemanfaatan EBT, sehingga akhirnya harus kembali menjadi beban bagi masyarakat dan para pelanggan listrik lainnya.
“Pun misalnya nanti tarif listrik tidak naik, berarti pemerintah harus memberikan subsidi kepada masyarakat. Akhirnya jadi beban negara juga karena harus menanggung itu semua,” tutupnya.