Jakarta, Ruangenergi.com – Kementrian Perindustrian (Kemenperin) tengah berupaya memacu nilai tambah pada lima komoditas terkait pengembangan industri berbasis mineral dan tambang, yakni bijih tembaga, bijih besi dan pasir besi, bijih nikel, bauksit, serta logam tanah jarang.
“Perkembangan dari hilirisasi di sektor ini telah menghasilkan sebanyak 27 smelter yang telah beroperasi meliputi pyrometallurgy dan hydrometallurgy nikel, kemudian 32 yang dalam tahap konstruksi, dan enam masih tahap feasibility study,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat (23/12/2022).
Ke depan, Menperin berharap, smelter nikel tidak hanya melakukan ekspor dalam bentuk NPI maupun bahan baku baterai, tetapi dalam bentuk produk lebih hilir seperti produk hilir berbahan baku stainless steel dan baterai listrik.
“Kemampuan hilirisasi sektor ini juga akan menghasilkan produk-produk di hilir atau produk jadi seperti peralatan kesehatan, dapur, kedirgantaraan dan kendaraan listrik. Peningkatan nilai tambah dari bijih nikel bisa mencapai 340-400 kali lipat,” paparnya.
Agus menambahkan, dampak positif dari hilirisasi sektor tambang dan mineral ini telah menunjukkan peningkatan signifikan pada capaian nilai ekspor nasional.
“Hingga Oktober 2022, nilai ekspor dari industri ini menembus 36,4 miliar dolar AS, naik 40 persen dibanding tahun lalu. Kami menargetkan, pertumbuhan di sektor ini pada 2022 mencapai dua digit, di angka 10-11 persen,” tukasnya.
Lebih jauh ia mengatakan bahwa hilirisasi industri adalah kunci kemajuan ekonomi nasional, sehingga menjadi salah satu kebijakan strategis yang tetap dijalankan.
“Sesuai dengan arahan Bapak Presiden Joko Widodo, kita perlu memperkuat hilirisasi sektor industri manufaktur. Kami optimistis, hal ini dapat kita lakukan, karena selama ini telah terbukti sebagai prime mover bagi perekonomian nasional,” paparnya.
Menperin juga menyebutkan, multiplier effect atau dampak berganda dari aktivitas hilirisasi industri yang telah terbukti nyata, antara lain adalah meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, menarik investasi masuk di Tanah Air, menghasilkan devisa besar dari ekspor, dan menambah jumlah serapan tenaga kerja.
“Untuk mencapai sasaran tersebut, pemerintah bertekad menciptakan iklim usaha yang kondusif agar bisnis bisa berjalan baik,” tutup Menteri Agus.(Red)