Jakarta, Ruangenergi.com – Pemerintah menargetkan produksi lifting minyak nasional mencapai 1 juta barel di 2030. Hal tersebut dilakukan karena setiap tahun kebutuhan akan minyak mengalami kenaikan dan menurunkan impor minyak.
Menurut, Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, untuk mengejar 1 juta barel perlu usaha keras yang dilakukan secara bersama.
“Terkait dengan program 1 juta BOPD pada 2030 saya kira ini program yang cukup ambisius di tengah cadangan minyak kita yang tidak bertambah. Perlu usaha keras agar bisa mencapai hal tersebut,” jelas Mamit saat dihubungi Ruangenergi.com (27/10).
Ia menambahkan, butuh banyak pengeboran dan new giant explorasi agar target pemerintah terhadap produksi 1 juta barel tercapai.
Selain itu, lanjut Mamit, metode pengurasan sumur harus di maksimalkan. Program Enhanced Oil Recovery (EOR) harus di jalankan karena masih ada lapisan yang belum di garap secara maksimal.
Dia menambahkan, program Work Over Well Services (WOWS) merupkan salah satu cara agar bisa tercapai dengan biaya yang sedikit lebih murah di bandingkan pengeboran exploitasi. Re-open zona-zona yang belum di lakukan.
“Untuk mencapai target tersebut,pemerintah juga perlu memamsifkan investasi di sektor migas. Untuk itu,kepastian hukum dan juga insentif yang menarik salah satu upaya mencapai hal tersebut. Revisi UU Migas harus segera di selesaikan,” imbuhnya.
“Kebijakan saat ini dengan memberikan kebebasan untuk memilih cost recovery atau gross split merupakan usaha bagus dalam menarik investasi,” tandas Mamit.
Sebelumnya, Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan, visi 1 juta BOPD bukanlah merupakan hal yang mustahil untuk dicapai
Menurutnya, banyak tantangan untuk merealisasikan giant target tersebut.
Seperti investasi besar, regulasi yang tumpang tindih, stagnasi lifting migas sepanjang satu dekade terakhir, hingga pandemi Covid-19. Hal-hal tersebutlah yang memengaruhi produksi migas dan harga minyak dunia.