Jakarta, Ruangenergi.com – PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) hari ini menyampaikan kinerja keuangan dan operasinya yang berakhir pada 31 Agustus 2020. Perusahaan menunjukan peningkatan pada pendapatan, laba bersih, dan produksi emasnya dari kuartal dan tahun sebelumnya.
Direktur Utama BRMS, Suseno Kramadibrata, mengungkapkan, produksi dari tambangnya yang berlokasi di Sulawesi terus meningkat.
“Produksi emas dari lokasi tambang kami di Poboya, Palu (Sulawesi) terus meningkat. Harga jual emas yang masih cukup tinggi juga mendukung bisnis kami. Oleh karenanya, kinerja keuangan semakin membaik,” ungkap Suseno dalam keterangan tertulisnya, (18/11).
Dikatakan olehnya, kenaikan produksi tambang emasnya yang dioperasikan oleh anak usaha BRMS yakni PT Citra Palu Minerals (CPM).
“Anak usaha kami, PT Citra Palu Minerals saat ini tengah mengoperasikan pabrik pengolahan yang pertama dengan kapasitas penuh (500 ton bijih per hari),” jelas Suseno.
Sementara, Direktur & CFO BRMS, Fuad Helmy, menambahkan, pihaknya juga telah menerima fasilitas kredit investasi dalam bentuk Standby Letter of Credit (SBLC) sejumlah US$ 70 juta dari Bank BNI (BNI) di bulan April 2020 untuk mendanai pekerjaan konstruksi dan pembangunan pabrik pengolahan kedua dengan kapasitas 4.000 ton per hari.
“Pembangunan pabrik pengolahan kedua dengan kapasitas 4.000 ton bijih per hari diharapkan dapat selesai di Q4 2021 dan mulai beroperasi di Q1 2022,” terangnya.
Strategi Ekspansi Perusahaan
Dikatakan olehnya, pada 11 November 2020, mayoritas dari pemegang saham perseroan telah menyetujui beberapa kesepakatan, di antarnya, agenda rencana Penambahan Modal Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) untuk mendanai pengembangan bisnis Perusahaan jangka pendek & menengah.
Sementara, pada 17 November 2020, BRMS telah menyampaikan Prospektus mengenai rencana PMHMETD tersebut kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mencakup sebagai berikut :
Pertama, harga pelaksanaan PMHMETD di Rp70, dan kedua, alokasi penggunaan dana hasil PMHMETD. Ketiga, kinerja keuangan periode 3Q 2020, dan lain-lain.
Menurut, Direktur & IR BRMS, Herwin Hidayat, rencana PMHMETD ini sangat penting untuk mendanai rencana pengembangan bisnis perusahaan.
“Sebagian besar dari dana PMHMETD tersebut akan dialokasikan untuk pembangunan pabrik pengolahan ketiga dengan kapasitas 4.000 ton bijih emas per hari, dan pekerjaan pengeboran untuk menambah jumlah cadangan bijih emas di Palu (sebagian besar). Kami juga berencana untuk melakukan beberapa pekerjaan pengeboran di Gorontalo,” tuturnya.
Sementara, Suseno menambahkan, dimasa lalu, Rio Tinto grup pernah melakukan pengeboran di 34 lubang bor dengan akumulasi kedalaman 7.900 meter di beberapa prospek dalam lokasi tambang Poboya.
“Selanjutnya, anak usaha BRMS, yaitu CPM, juga telah melakukan pengeboran di 13 lubang bor dalam lokasi tambang yang sama (Poboya) dengan total kedalaman 3.000 meter. Dari hasil-hasil pengeboran tersebut kami berkeyakinan untuk bisa menambah cadangan bijih emas di Poboya, Palu dalam rencana pengeboran kami di masa datang,” imbuhnya.
“Bila berjalan sesuai rencana maka kami akan berkembang dari Perusahaan dengan 1 pabrik pengolahan dengan kapasitas 500 ton per hari menjadi Perusahaan dengan 3 pabrik pengolahan dengan total kapasitas 8.500 ton per hari di tahun 2023. Selanjutnya, kami juga berharap untuk dapat meningkatkan jumlah cadangan bijih emas di lokasi tambang emas Poboya di Palu, Sulawesi, tergantung dari keberhasilan kegiatan pengeboran terkait,” sambungnya.
Selain itu, lanjutnya, BRMS juga berencana untuk menggunakan sebagian dana hasil PMHMETD tersebut untuk menyelesaikan tagihan perusahaan dan unit usahanya (sekitar $29 juta) kepada PT Bumi Resources Tbk, terkait dengan, salah satunya, persiapan pelaksanaan konstruksi dan pengoperasian pabrik pengolahan pertama di Poboya, Palu (kapasitas 500 ton bijih emas perhari) yang telah beroperasi sejak Februari 2020.
Adapun keuntungan atas ketersediaan dana dari PMHMETD dan kredit investasi (SBLC), sebagai berikut :
Pertama, pembangunan 2 tambahan pabrik pengolahan bijih emas dengan kapasitas yang lebih besar (di Poboya, Palu) yang akan berdampak terhadap peningkatan produksi emas, kenaikan penjualan, dan kenaikan laba Perusahaan.
Kedua, pekerjaan pengeboran dalam usaha untuk menambah jumlah cadangan & sumber daya bijih emas (sebagian besar di Palu).
“Hal ini diharapkan dapat berdampak terhadap umur tambang produktif yang
semakin panjang,” tandasnya.