Jakarta, ruangenergi.com- PT Jawa Satu Power (JSP), yang dimiliki oleh konsorsium antara Pertamina Energi Baru dan Terbarukan (Pertamina NRE) dengan kepemilikan 40 persen, Marubeni 40 persen, dan Sojitz 20 persen, telah sukses mengirimkan listrik ke tower listrik sebanyak 118 unit sepanjang 52 Kilo Meter (KM) di Cilamaya,Jawa Barat.
Listrik yang dihasilkan PLTGU Jawa-1 dialirkan ke gardu induk milik PLN di desa Sukatani, kabupaten Bekasi melalui transmission line sepanjang 52 km.
Kolaborasi positif antara PT JSP dengan PT PLN (Persero) ternyata berbuah manis. Kini listrik dari Cilamaya tersebut, mengalir ke garduk induk miliki PLN di Desa Sukatani, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Ternyata ada sisi menarik yang nyaris tidak diketahui khalayak luas dari kemampuan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa-1 yang berada di Cilamaya, Jawa Barat.
“PLTGU Jawa Satu mempunyai 12 unit EDG (Emergency Diesel Generator) dengan kapasitas Masing-masing sebesar 2 (dua) MW, yang mana berfungsi bila line PLN mengalami black out, maka EDG bisa start up dan listrik nya bisa digunakan untuk mengstart up PLTGU dan suplai listrik untuk mengisi Grid PLN dan bisa mengsuplai Pembangkit Listrik untuk start Up mereka.Ram Rate untuk kenaikan beban 61MW/menit. PLTGU Jawa Satu itu terletak di pusat Beban Jawa Bagian Barat,” kata Director Project & Operation Pertamina NRE Norman Ginting berbicara via sambungan telepon ketika ruangenergi.com berada langsung di lokasi PLTGU Jawa Satu, Sabtu (15/06/2024).
Ruangenergi.com mendapat kesempatan kunjungan persahabatan ke lokasi pembangkit listrik yang dimiliki oleh konsorsium antara Pertamina Energi Baru dan Terbarukan (Pertamina NRE) dengan kepemilikan 40 persen, Marubeni 40 persen, dan Sojitz 20 persen. Didampingi Chief Operation Officer PT Jawa Satu Power Indra Trigha, ruangenergi.com berkesempatan melihat langsung PLTGU Jawa-1 tersebut.
Kondisi PLTGU Jawa-1 sangat bersih, administration building lingkungan bersih dan segar udara di sana. Nampak peralatan kerja masih dalam kondisi baru dan prima. Ruang control yang berada di lantai 3, masih nampak kinclong peralatannya, apalagi lift yang dipakai untuk naik mengangkut operator bekerja di control room terlihat bersih dan baru.
Operator yang bekerja di control room, kebanyakan anak muda namun sudah terlatih dan berpengalaman. Salah satunya Munawir Siregar, alumni dari Universitas Sumatera Utara, sibuk memperhatikan monitor di ruang control room saat ruangenergi.com datang berkunjung.
Sekilas Jawa Satu
Pembangkit Listrik Gas Uap (PLTGU) Jawa-1 dengan kapasitas 1.760 megawatt (MW) telah beroperasi secara penuh setelah melewati serangkaian pengujian. Dengan bahan bakar gas alam cair, pembangkit listrik ini diharapkan bisa menekan emisi karbon dalam jumlah besar.
PLTGU Jawa-1 dikelola oleh PT Jawa Satu Power (JSP) yang dimiliki oleh konsorsium antara Pertamina Energi Baru dan Terbarukan (Pertamina NRE) dengan kepemilikan 40 persen, Marubeni 40 persen, dan Sojitz 20 persen.
Dalam catatan ruangenergi.com, CEO Pertamina NRE John Anis mengatakan, PLTGU Jawa-1 diproyeksikan akan menekan emisi karbon sebesar 3,3 juta ton setara CO2 (tCO2e) per tahun.
“Angka yang sangat signifikan untuk berkontribusi terhadap net zero emisi. Ini menjadi salah satu tonggak penting yang tercipta atas sinergi strategi BUMN yakni Pertamina dan PLN, dan swasta Marubeni dan Sojitz dan pihak lainnya,” kata John Anis dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (31/3/2024).
PLTGU Jawa-1 ini nantinya akan menjadi pembangkit terintegrasi terbesar di Asia Tenggara yang dilengkapi dengan sistem regasifikasi. Pasalnya, pembangkit listrik ini mengintegrasikan floating storage and regasification unit (FSRU) dengan unit pembangkit listrik berkapasitas 1760 MW yang terdiri dari 2 unit pembangkit dengan masing-masing berkapasitas 880 MW. Unit 2 telah beroperasi komersial sejak Desember 2023.
Proyek ini menghubungkan ketersediaan pasokan gas di Papua dengan kebutuhan listrik di Pulau Jawa dan Bali. Proyek ini memiliki sejumlah keunggulan, antara lain lebih efisien karena menggunakan generasi terbaru teknologi single poros gabungan turbin gas siklus, sehingga harga jual listrik pun menjadi kompetitif.
Dari sisi operasional, pembangkit ini memiliki kemampuan teknologi black start sehingga dapat melakukan self start up sendiri pada saat jaringan tidak tersedia daya impor untuk keperluan start up pembangkit. Dengan menggunakan sumber bahan bakar gas alam cair (LNG), maka emisi gas rumah kaca yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara maupun BBM.
Hal ini sejalan dengan upaya penurunan emisi karbon dari sektor ketenagalistrikan. Ditambah lagi, pembangkit ini menggunakan teknologi sistem menara pendingin loop tertutup yang meningkatkan kehandalan dalam mengurangi volume penggunaan air laut dalam hal mendukung operasional pembangkit.
“Dukungan dari semua pihak terus diharapkan agar PLTGU Jawa-1 dapat menunjukkan keunggulan operasional dan bisa membawa manfaat optimal bagi Pertamina dan NKRI,” tutur John Anis.
PT Jawa Satu Power (JSP) atau Proyek Jawa-1 merupakan joint venture antara PT Pertamina Power Indonesia (“PPI”), Garuda Power Holdings B.V., dan Sojitz Global Investment B.V. Pada 5 Desember 2016, Perusahaan didirikan sebagai Special Purpose Company (SPC) yang bertujuan untuk menjalankan, mengendalikan, mengelola aset dan kegiatan bisnis pembangkit listrik berbasis bahan bakar gas dengan teknologi CCGT terbesar di Asia Tenggara.
Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, Perusahaan melibatkan lebih dari 20 perusahaan dari berbagai negara di dunia termasuk Jepang, Korea, Amerika Serikat, Eropa dan termasuk Indonesia. Perusahaan-perusahaan tersebut meliputi 3 (tiga) anggota konsorsium EPC utama dan 2 (dua) anggota usaha bersama di FSRU yaitu PT Jawa Satu Regas, 3 (tiga) perusahaan pendanaan yaitu JBIC, NEXI dan ADB dan 5 (lima) bank komersial yaitu Bank Mizuho, Bank MUFG, Bank Société Générale, Bank OCBC dan Bank Credit Agricole, serta berbagai konsultan di bidang finansial, hukum, dan teknis.
Perusahaan mengelola proyek Jawa-1 yang memiliki skema kompleksitas tinggi karena terdapat pembangunan pembangkit listrik lengkap dengan prasarana yang dibutuhkan, transmisi sepanjang 52 km dan gardu induk. Tak hanya itu, proyek ini merupakan penggabungan antara pembangkit listrik dan FSRU.