Jakarta, Ruangenergi.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan pihaknya membuka kesempatan bagi generasi milenial untuk terlibat aktif dalam menjawab tantangan pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) di dalam negeri.
Direktur Konservasi Energi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Hariyanto, mewakili Direktur Jenderal EBTKE, mengatakan, hal tersebut diharapkan dapat membantu misi pemerintah dalam menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 314 juta ton CO2 di tahun 2030 mendatang dan meningkatkan bauran energi nasional penggunaan EBT sebesar 23% di 2025, hingga peningkatan rasio elektrifikasi.
“Kami harapkan kegiatan semacam ini dapat melibatkan anak-anak muda yang kreatif untuk mengembangkan model bisnis EBT yang dapat diimplementasikan,” jelas Hariyanto secara virtual, di sela-sela launching Hackathon by New Energy Nexus, (25/09).
Menurutnya, akselerasi pencapaian target pembangkit EBT offgrid di wilayah terpencil tidak cukup hanya dibebankan kepada pemerintah baik pusat maupun daerah secara mandiri.
“Di samping keterbatasan pendanaan adalah masalah keberlanjutannya,” katanya.
Untuk itu, terang Hariyanto, peran swasta dan PT PLN (Persero) pun dinilai cukup krusial. Terobosan ini patut dilakukan mengingat masih tingginya biaya investasi awal untuk proyek berbasis ramah lingkungan tersebut.
“Keterlibatan BUMD dan BUMDes sebagai perusahaan lokal juga penting,” papar Hariyanto.
Peran pemuda dalam menyebarkan informasi dan pengetahuan EBT melalui media sosial, mengubah kultur atau kebiasaan hemat energi pada peralatan elektronik sehari-hari guna mendukung program konservasi energi, memberikan dukungan atas progam pemerintah dalam pengembangan EBTKE hingga menggali pengetahuan tentang teknologi pengembangan EBTKE di masa depan.
Hariyanto mengungkapkan, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan EBT. Beberapa sumber energi yang bisa dioptimalkan, antara lain surya 207,8 Giga Watt (GW), air (75 GW), bayu/angin (60,6 GW), bioenergi (32,6 GW), panas bumi (23,9 GW), dan samudera (17,9 GW).
EBT Kultur Global Baru
Sementara, Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Surya Darma menggarisbawahi, pentingnya EBT sebagai kultur global baru sebagai sumber energi.
“Tren dunia sekarang mengalihkan penggunaan energi fosil ke energi terbarukan. Ini akan mengubah pola sikap, pola hidup, pola manajemen,” jelas Surya.
Ia menambahkan, penggunaan EBT di dunia akan mengalami lonjakan hingga 50% pada tahun 2025 dan akan meningkat ke 80% di tahun 2050.
“Ini bukan hanya sebagai tantangan, tapi juga peluang karena Indonesia memiliki sumber EBT yang komplit dibandingkan negara lain,” imbuh Surya.
Sebagai informasi, Hackathon New Energy Nexus merupakan hackathon pertama Nexus yang diselenggarakan di Indonesia. Dengan mengusung tema energi pintar dan terbarukan, re-energize Indonesia, Nexus membukan kesempatan bagi tiap individu maupun tim mencari solusi berbasis EBT dalam menyelesaikan permasalahan di bidang kesehatan dan produktivitas masyarakat.
Pendaftaran secara daring program hackathon ini dibuka mulai 24 September 2020 hingga 10 Oktober 2020. Sepuluh tim yang terseleksi akan mempresentasikan solusinya pada Demo Day dan mendapatkan bimbingan dari enam ahli di bidangnya untuk menajamkan inovasi yang mereka usung. Pemenang hackathon akan meraih total hadiah sebesar Rp 100 juta dan mendapatkan akses ke program Smart Energy Incubation and Acceleration.