Luhut: Investasi Tidak Boleh Ada Hambatan

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta,ruangenergi.comMenteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan akan melambat signifikan pada 2023 akibat pelemahan ekonomi global yang memicu penurunan harga komoditas unggulan Indonesia sehingga pertumbuhan ekspor akan melambat.

Level inflasi yang masih tinggi di negara-negara maju akan berdampak pada kenaikan tingkat suku bunga di Indonesia, sehingga akan memperlambat investasi dan konsumsi domestik,

“Saya minta agar investasi kita gak boleh ada hambatan. Saya ulangi, investasi kita gak boleh ada hambatan,” kata Luhut ketika menghadiri peresmian pembukaan Rakornas Investasi Tahun 2022 pada Rabu (30/11/2022) di The Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta.

Rakornas Investasi tahun 2022 diselenggarakan oleh Kementerian Investasi/BPKM di The Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta. Adapun Rakornas ini dihadiri langsung oleh Presiden RI Joko Widodo.

Menurut Luhut,salah satu opsi untuk mendorong pertumbuhan adalah menarik foreign direct investment (FDI) sebanyak-banyaknya melalui program hilirisasi.

Kemudian, agar realisasi investasi harus difokuskan pada percepatan pemberian izin agar pipeline investasi yang ada bisa terwujud. Total pipeline investasi yang harus dieksekusi mencapai US$ 30,9 miliar (s.d 2026). Hal ini tentunya perlu dimanfaatkan dengan mempercepat pemberian perizinan dan fasilitas agar realisasi tersebut dapat lebih cepat.

Tidak Mengandalkan Komoditas Mentah

Selanjutnya, saat ini Indonesia sedang melakukan transformasi ekonomi dan tidak lagi mengandalkan komoditas mentah. Misalnya pada kebijakan hilirisasi nikel yang menjadi besi baja dan bahan baku baterai. Hal ini juga berkontribusi signifikan terhadap peningkatan ekspor. Nilai ekspor besi baja sebesar US$ 23,16 miliar dan bahan baku baterai sebesar US$ 1,72 miliar.

“Kita beruntung, tujuh tahun lalu kita sudah mulai lakukan hilirisasi. Kalau waktu itu kita tidak ada hilirisasi angka ini tidak ada. Jadi kalau angka ini tidak ada, maka ekonomi kita hari ini terjebak. Kenapa? Karena harga komoditas menurun, efisiensi belum ada, kemudian kebijakan lain dana desa tidak jalan. Jadi itu semua kombinasi yang membuat kita sekarang seperti ini. Dan Indonesia sepanjang sejarah belum pernah ada di posisi seperti ini, bukan hanya karena harga komoditas, tetapi juga karena industri kita berkembang,” ungkap Luhut.