Jakarta, Ruangenergi.com – Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, menilai masih banyak Pekerjaan Rumah (PR) di sektor migas yang harus diselesaikan.
Cukup lama kursi Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sehingga hal itu membuat investor hanya wait and see.
“PR Dirjen Migas yang baru masih cukup banyak apalagi hampir 2 tahun posisi ini kosong. PR yang paling besar adalah bagaimana investasi sektor migas bisa kembali meningkat,” ungkap Mamit kepada Ruangenergi.com (05/11).
Dia mengatakan, di tengah situasi sulit saat ini (Pandemi Covid-19), sangat dibutuhkan terobosan-terobosan baru disektor migas, sehingga investor tertarik masuk ke Indonesia.
“Yang pasti sangat memukul karena jatuhnya harga minyak dunia. Investor dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) masih menahan kegiatan mereka dan melakukan efisiensi sehingga masih masuk ke dalam perekonomian mereka,” terangnya.
Selain itu, kata Mamit, target 1 juta BOPD (barel oil per day) butuh kerja keras dari sekarang sehingga bisa terrealisasi.
“Kegiatan explorasi juga harus di masifkan mengingat cadangan migas kita tidak pernah mengalami kenaikan bahkan terus mengalami penurunan,” imbuhnya.
“Kegiatan Enhanced Oil Recovery (EOR) ditengah lapangan kita yang memang sudah tua harus serius dijalankan. Sehingga optimalisasi lapisan reservoir bisa dilakukan,” sambung Mamit.
Ia mengemukakan, Dirjen Migas yang baru juga harus berusaha agar lifting migas nasional bisa terus terjaga.
“Jika memang tidak bisa sesuai dengan target minimal jangan sampai jauh dari target,” ungkap Mamit.
BBM Satu Harga Terus Berjalan
Dikatakan olehnya, program pemerintah untuk mensamaratakan harga BBM dari Sabang-Merauke harus tetap berjalan.
“Program BBM 1 harga harus tetap berjalan dan bisa bertambah begitu juga untuk pembangunan jargas harus dikejar sebagai upaya mengurangi penggunaan subsisi LPG 3 kg,” paparnya.
Kemudian, kata Mamit, belum lagi soal serapan gas dan minyak yang saat ini sedang berlebih menjadi PR sendiri yang harus segera diselesaikan.
Untuk itu, keselamatan pekerjaan di sektor migas baik hulu maupun hilir harus kembali ditingkatkan dan dikurangi terjadinya insiden.
“Salah satu permasalah investasi migas adalah kepastian hukum dimana revisi UU Migas adalah keharusan untuk disahkan. Ini semua agar investor merasa aman dan nyaman dengan revisi UU Migas ini disahkan,” terang Mamit.
“Belum lagi soal perijinan yang masih banyak tumpang tindih harus diperhatikan. Persoalan lahan juga agar menjadi perhatian sehingga tidak merugikan investor,” bebernya kembali.
Dia berharap, semoga Dirjen Migas yang baru bisa membawa industri migas Tanah air kembali bergairah ditengah kondisi saat ini yang sedang jatuh.
“Saya harap semoga bisa menghasilkan ide-ide baru yang memang bisa memanjukan sektor migas kita,” imbuhnya.