Jakarta,ruangenergi.com-Mantan Menteri Pertambangan dan Energi Subroto meninggal dunia pada Selasa 20 Desember 2022, di Jakarta.
Sebuah pesan melalui Whatsapp Group diterima redaksi ruangenergi.com dari Keluarga Besar Bimasena.
“Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un.Telah berpulang ke Rahmatullah pada hari Selasa, 20 Desember 2022 pukul 16.25. WIB di Jakarta pada usia 99 tahun.PROF. DR. SUBROTO Pendiri dan Ketua
BIMASENA, Masyarakat Pertambangan dan Energi.Semoga amal ibadah Almarhum diterima oleh Allah SWT, diberikan tempat yang terbaik dan mulia disisi-Nya, serta keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran. Aamiin Ya Rabbal’alamiin.Informasi waktu dan tempat persemayaman serta pemakaman akan kami beritahukan lebih lanjut Keluarga Besar, BIMASENA, Masyarakat Pertambangan dan Energi,” demikian isi pesan singkat Keluarga Besar Bimasena.
Michael Sumarjanto dari Bimasena, menjelaskan almarhum Subroto akan dimakamkan Rabu (21/12/2022) di TMP Kalibata. Saat ini jenazah disemayamkan di Bimasena,Dharmawangsa, Jakarta Selatan.
“Malam ini beliau akan disemayamkan di lobby lounge Bimasena, besok pagi akan ke KemESDM,” jelas Michael Sumarjanto menjawab pertanyaan ruangenergi.com
Menurut wikipedia,Raden Soebroto dilahirkan pada tanggal 19 September 1923 di Kampung Sewu, Kota Surakarta, Jawa Tengah sebagai anak ketujuh dari delapan bersaudara pasangan Martosuwignyo dan ibu Sindurejo. Setelah lulus dari HIS, Subroto melanjutkan sekolah di MULO dan Sekolah Menengah Tinggi (SMT). Situasi pada saat itu memaksa Subroto mendaftarkan diri masuk PETA. Sayangnya, ia harus ditolak karena terlalu kurus.
Pada tanggal 1 November 1945, ia diterima sebagai kadet (taruna) di Militer Academie (MA) di Yogya. Ada kebanggaan karena dari 197 angkatan pertama ia adalah lulusan terbaik II dan menyandang pangkat Letnan II pada tahun 1948. Sebagai tentara Subroto bersama rekan-rekannya seperti Wiyogo Atmodarminto, Soesilo Soedarman, Himawan Sutanto, Ali Sadikin, Yogi Supardi, dan Sayidiman Suryohadiprodjo ikut berperan dalam perang kemerdekaan.
Setelah perang usai, Subroto kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), lulus propaedeutisch-examen (lulus tingkat II) pada bulan Februari 1952, hingga lulus candidaats-examen (lulus tingkat IV – Sarjana Muda) pada bulan Maret 1955.
Selama di kampus ia aktif dalam organisasi kemahasiswaan, yang mempertemukannya dengan perwakilan Universitas McGill yang sedang berada di Indonesia untuk mencari kandidat yang berminat dalam program pertukaran mahasiswa untuk kuliah di Universitas McGill, Montreal, Kanada. Akhirnya ia terpilih dan mendapatkan beasiswa penuh untuk program pascasarjana di bidang foreign trade (perdagangan luar negeri) – suatu bidang utama yang menarik pada saat itu. Subyek tesisnya adalah analisis persyaratan perdagangan dengan studi kasus Indonesia dengan judul “Indonesian Terms of Trade after the Second World War”. Sejak tahap itu ia menyadari betapa pentingnya sumber daya mineral dan bahan bakar fosil untuk perekonomian suatu negara seperti Indonesia.