Jakarta, Ruangenergi.com – Pemerintah mengungkapkan bahwa Indonesia membutuhkan energi murah untuk pertumbuhan ekonominya.
“Negara kita adalah negara berkembang dengan jumlah penduduk dan rentang wilayah yang tidak jauh dari Amerika Serikat, yang tengah membutuhkan energi murah untuk pertumbuhan ekonominya,” jelas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, (Dirjen Migas), Tutuka Ariadji, kepada Ruangenergi.com, (19/05).
Menurutnya, kondisi ini membutuhkan strategi yang tepat dan keputusan yang bijak, tidak bisa semata-mata mengikuti persis apa yang dilakukan negara maju.
“Untuk itu, perlu pemilihan teknologi yang tepat sehingga pertumbuhan ekonomi dapat mencapai target yang diharapkan dengan mengindahkan konsiderasi lingkungan dan perubahan iklim yakni Carbon Capture Storage and Utilization,” imbuhnya.
Menurut International Energy Agency (IEA) dalam menuju emisi nol bersih pada tahun 2050. Selain itu, dalam laporan Net Zero, dunia tidak akan membutuhkan proyek minyak dan gas baru di luar yang disetujui pada tahun ini.
Sebaliknya, semua investasi energi baru harus dari jenis yang dapat diperbarui dalam apa yang disebut IEA sebagai penyebaran langsung dan masif dari semua teknologi energi bersih dan efisien yang tersedia.
Secara terpisah, Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Surya Darma, mengatakan, komitmen pemerintah dengan program energi bersih kelihatannya positif juga.
Ia menambahkan, walaupun untuk teknologi bersih itu misalnya clean coal technology akan membutuhkan biaya yang sangat besar.
“Saya kira upaya itu perlu kita apresiasi untuk menuju karbon netral. Semua upaya harus dilakukan, kalau bisa secara simultan sehingga akan lebih terlihat secara nyata hasilnya,” tuturnya.