Pompa angguk

Mewaspadai Kenaikan Harga Minyak Global

Jakarta, Ruangenergi.com Harga minyak mentah dunia yang sebelumnya meningkat mencapai rekor tertinggi sejak 7 tahun terakhir perlahan mulai berbalik arah kembali turun.

Pada perdagangan Rabu (21/10/2021) harga minyak mentah Brent pengiriman Desember turun 0,94% ke level US$84,28 per barel, hal tersebut berdasarkan bahan yang diterima Ruangenergi.com, (25/10/2021).

Sementara, minyak mentah berjangka WTI pengiriman November melemah 1,1% ke level US$81,53 per barel.

Kenaikan harga minyak yang terjadi saat ini memberikan kontribusi positif terhadap penerimaan negara nasional.

Pasalnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat penerimaan negara dari industri hulu minyak dan gas bumi hingga September 2021 mencapai US$9,53 miliar, atau mencapai 131 persen terhadap target tahun ini sebesar US$7,28 miliar.

Kenaikan harga minyak tersebut menjadi driver utama peningkatan penerimaan negara mengingat produksi minyak nasional saat ini masih 93,9% dari target APBN sebesar 705 MBOPD.

Selanjutnya, berdasarkan sensitivitas analisis terhadap APBN, setiap kenaikan harga minyak Indonesia sebesar US1 per barel akan memberikan tambahan penerimaan negara sekitar US$3,7 triliun hingga US$4,6 triliun. Namun belanja negara juga akan bertambah antara US$3,1 triliun sampai dengan US$3,6 triliun.

Kinerja lifting migas diperkirakan relative masih berat untuk melebihi target yang ditetapkan meskipun harga minyak dunia mengalami peningkatan. Kondisi ini terjadi karena kenaikan harga minyak tidak membuat para kontraktor migas untuk meningkatkan produksinya karena sifatnya masih fluktuatif sehingga ketiakpastiannya relative masih cukup besar.

Karena itu investor relative masih berhati hati dalam meningkatkan investasinya terutama pada proyek proyek yang memakan biaya belanja modal yang besar. Kenaikan harga minyak cenderung akan berpengaruh terhadap penignkatan produksi apabila kenaikan harga tersebut bersifat jangka panjang dan stabil.

Selain itu, secara teknis lapangan-lapangan besar seperti Cepu mulai melewati titik puncaknya dan mengalami penurunan produksi. Hal yang sama juga terjadi pada blok Rokan yang selama setahun sebelumnya tidak melakukan pengeboran.

Sebagai negara importir minyak, kenaikan harga yang terjadi juga dapat memberikan dampak ekonomi. Kenaikan harga minyak mentah yang terjadi berpotensi menaikan harga bahan bakar minyak terutama untuk BBM non subsidi dan mendorong gap yang lebih besar antara harga BBM umum dengan BBM khusus penugasan atau jenis BBM tertentu apabila diputuskan tidak ada kenaikan harga BBM.

Jika pemerintah memilih untuk tetap menjaga subsidi sebesar Rp 500 per liter maka kebijakan tersebut akan berpengaruh terhadap kenaikan harga BBM (diesel). Hal ini nantinya akan berpengaruh terhadap peningkatan inflasi nasional.

Diperkirakan setiap kenaikan harga BBM (diesel) Rp500, maka dapat meningkatkan inflasi hingga 0,02%. Selain itu resiko adanya kenaikan harga BBM bersubsidi (jika besaran subsidi tetap Rp 500 per liter) hal ini akan berpengaruh juga terhadap kenaikan biaya transportasi seperti biaya angkut dan biaya logistik, sehingga berpeluang terhadap kenaikan harga pangan.

Terhadap potensi resiko yang terjadi maka perlu dipastikan apabila terjadi kenaikan harga BBM maka pasokan dalam negeri terutama bahan makanan perlu dipastikan aman/terjaga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *