MISI ‘MENGHIJAUKAN’ LISTRIK INDONESIA: Kisah PLN EPI Berjibaku Menghadapi Keterbatasan Gas dan Mengubah Limbah Menjadi Harapan Baru Energi

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com– Indonesia, sebuah negara kepulauan dengan ambisi besar menuju Net Zero Emission (NZE) 2060, menghadapi dilema energi yang kompleks: menjaga keandalan listrik sambil beralih dari bahan bakar fosil.

Di garda terdepan perjuangan ini berdiri PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI), yang kini bukan hanya sekadar pemasok bahan bakar, melainkan seorang ahli strategi yang tengah memetakan masa depan energi. Misi mereka: mengamankan energi, tidak hanya dari sumber yang ada, tetapi dari sumber yang paling bersih.

Di ruang-ruang rapat Jakarta, sebuah terobosan strategis sedang dimatangkan. Bersama raksasa energi Jepang, JERA Co., Inc., PLN EPI sedang mengolah data dari Joint Development Study Agreement yang diluncurkan Juni 2025. Temuan awal studi ini menyajikan gambaran yang tidak bisa diabaikan: produksi gas domestik Indonesia menurun, sementara kebutuhan sektor ketenagalistrikan melonjak seiring upaya transisi energi.

LNG (Gas Alam Cair) adalah jawabannya. Kolaborasi dengan JERA bukan hanya tentang membeli LNG. Ini adalah upaya transfer pengetahuan global untuk menciptakan rantai pasok LNG yang fleksibel dan tangguh. JERA membawa keahlian end-to-end global, sementara PLN EPI memegang kunci pemahaman pasar lokal. Kedua pihak tengah merancang model kerja sama yang mampu menjamin keamanan energi, menghindari guncangan harga global, dan mempercepat langkah Indonesia menuju masa depan rendah karbon. Kerangka kerja LNG yang kuat ini adalah fondasi krusial sebelum Indonesia melompat sepenuhnya ke energi terbarukan intermiten (seperti matahari dan angin).

Sinyal bahaya pasokan gas pipa yang tidak stabil dan mahalnya BBM impor menjadi tantangan paling nyata di daerah. Di sinilah terobosan infrastruktur PLN EPI muncul sebagai solusi heroik.

Di Tarakan, Kalimantan Utara, sebuah fasilitas Mini Regasifikasi LNG diresmikan oleh anak perusahaan, PLN Energi Gas, pada 13 Oktober. Fasilitas ini didirikan sebagai jawaban atas kerentanan pasokan listrik di perbatasan, yang selama ini bergantung pada BBM berbiaya tinggi.

Rakhmad Dewanto, Direktur Utama PLN EPI, melihatnya bukan hanya sekadar peresmian, tetapi sebagai manifestasi kebijakan strategis. “Proyek ini adalah implementasi program Gasifikasi untuk menurunkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik, sekaligus meningkatkan ketahanan energi,” tegas Rakhmad, Rabu (29/10/2025),di Tarakan,Kaltara.

Proyek ini menjadi studi kasus kesuksesan yang luar biasa. Hanya dalam waktu 12 bulan—sebuah kecepatan yang luar biasa untuk proyek infrastruktur energi—proyek ini tuntas berkat sinergi intensif antara PLN EPI, PLN Energi Gas, produsen LNG lokal seperti Kayan LNG Nusantara, dan Pemerintah Daerah.

“Mini Regas Tarakan saat ini menjadi pionir konversi BBM ke gas yang akan dikembangkan di wilayah-wilayah kritis lainnya,” tambah Rakhmad. Dampaknya langsung terasa: keandalan sistem kelistrikan meningkat drastis, dan yang tak kalah penting, penggunaan gas mampu mengurangi sepertiga emisi karbon dibandingkan BBM, sebuah langkah konkret menuju NZE 2060.

Potensi dari Tumpukan Limbah

Jika LNG mengamankan transisi di laut, maka di darat, PLN EPI melihat potensi di bawah tumpukan limbah. Melalui MoU dengan PT KIS Biofuels Indonesia, PLN EPI kini serius mengembangkan Bio Compressed Natural Gas (BioCNG)—bahan bakar gas terbarukan dari limbah. Ini adalah lompatan besar dari sekadar mencari bahan bakar, menuju menciptakan ekosistem energi sirkular.

Hokkop Situngkir, Direktur Biomassa PLN EPI, menjelaskan filosofi di balik langkah ini. “Indonesia memiliki sumber biomassa yang luar biasa besar dari limbah pertanian, perkebunan, hingga peternakan. Tantangannya adalah mengubah potensi itu menjadi energi bernilai ekonomi tinggi,” kata Hokkop.

Pengembangan BioCNG ini tidak hanya menyelesaikan masalah energi, tetapi juga masalah lingkungan dan menciptakan nilai tambah ekonomi baru bagi petani dan peternak. PLN EPI ingin membangun rantai pasok yang utuh, dari pengelolaan limbah di hulu hingga pemanfaatan energi di pembangkit listrik berbasis gas (PLTG/PLTMG) di hilir.

“Ini adalah komitmen bersama untuk membangun ekonomi sirkular. Kami mengubah limbah menjadi sumber energi masa depan, sekaligus mempercepat pencapaian target bauran energi terbarukan nasional,” tutup Hokkop.

Dari studi LNG global yang rumit hingga implementasi waste-to-energy yang visioner, PLN EPI menegaskan peran barunya sebagai arsitek ketahanan dan keberlanjutan energi, memastikan setiap rumah di Indonesia akan terus dialiri listrik yang semakin bersih.