Jakarta, ruangenergi.com- Indonesia, sebagai salah satu negara dengan sumber daya alam yang melimpah, memiliki peran strategis dalam upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Salah satu solusi yang dapat diandalkan adalah pengembangan biofuel, sebuah alternatif bahan bakar yang berasal dari sumber daya hayati. Biofuel tidak hanya memberikan manfaat lingkungan dengan emisi karbon yang lebih rendah, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru, terutama dalam sektor pertanian.
Dalam kegiatan Tripatra Media Forum 2024 yang bertajuk “Menuju Era Baru Energi Bersih: Biofuel dan Transisi Energi”,seperti dilaporkan Bagas Fahrezi, reporter ruangenergi.com, pada Senin (30/09/2024), pakar Bioenergi Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Tatang Hernas Soerawidjaja mengatakan, sumber energi terbarukan menjadi fokus riset para peneliti di dunia di tengah isu menipisnya bahan bakar fosil minyak bumi.
Biomassa adalah satu-satunya sumber energi terbarukan yang berkarakter bahan bakar. Karena ini, pemanfaatan bioenergi dan bahan bakar nabati (BBN) adalah jembatan kritikal transisi sektor energi dari sumber daya energi fosil ke sumber daya energi terbarukan atau nir-karbon.
Terlebih lagi, Indonesia sebagai negara pemilik kekayaan spesies flora yang luar biasa dinilai akan menjadi negara yang menguasai bahan bakar nabati (BBN) dalam beberapa tahun kedepan, salah satunya biofuel.
Perekonomian berbasis nabati (bio-based economy atau bioekonomi) dipandang akan sangat mendukung tercapainya 11 dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals, SDGs) yang sudah disepakati dunia pada tahun 2015 di Paris.
“Penggunaan biofuel telah menjadi fokus negara-negara dunia dalam mempercepat transisi energi sekaligus mempertahankan ketahanan dan kemandirian energi. Konflik geopolitik global, isu perubahan iklim dan ketidakpastian ke depan, telah memunculkan isu ketahanan energi di tengah akselerasi transisi energi menuju net zero emissions. Oleh karena itu, implementasi biofuel sangat berpeluang melibatkan seluruh masyarakat negara, mendukung ketahanan energi, menghindari eksploitasi berlebihan SDA, dan menjaga kelestarian lingkungan. Terlebih lagi di Indonesia, transisi ke arah bioekonomi ini sangat menguntungkan bangsa kita, karena selain berwilayah luas, Indonesia juga merupakan negara berlaju fotosintesis dengan produksi primer netto bahan nabati tertingg,” kata Tatang.
Tatang bercerita, biofuel merupakan bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan nabati.
Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah industri, komersial, domestik atau pertanian.
Biofuel juga dapat dihasilkan dari tanaman non pangan, limbah pertanian dan residu yang tidak dapat dikonsumsi manusia dengan menggunakan teknologi maju.
Oleh karena itu, tidak seperti bahan lain yang tak terbaharui, biofuel dapat diproduksi terus-menerus karena kita selalu dapat menanam lebih banyak tanaman untuk menjadi bahan bakar. Terlebih lagi komunitas ilmuwan telah menunjukkan tingkat produktivitas tanaman nabati yang lebih tinggi dapat menangani beberapa masalah deforestasi yang erat kaitannya dengan biofuel.
Menariknya, bahan baku nabati seperti minyak kelapa sawit dapat digunakan untuk menghasilkan biofuel melalui metode konvensional dan lanjutan tergantung dari keadaannya. Apalagi minyak kelapa sawit yang memiliki hasil panen tertinggi di antara tanaman nabati lainnya diyakini menjadi bahan baku paling ekonomis untuk biodiesel. Siklus hidup pohon kelapa sawit 30 tahun juga berarti nilai penyerapan karbon yang dilepaskan ke atmosfer tinggi.
“Secara umum, biofuel merupakan bahan bakar dari biomassa atau materi yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Biofuel sering menjadi alternatif untuk bahan bakar konvensional yang digunakan untuk menyalakan mesin kendaraan. Namun sebenarnya, biofuel dapat dimanfaatkan untuk semua kebutuhan energi manusia, seperti: Transportasi (Mobil, bus, sepeda motor, kereta api, pesawat terbang dan kendaraan air), Pembangkit listrik, atau Kebutuhan rumah tangga (Kompor dan peralatan memasak lainnya). Bahan-bahan mentah produksi Bahan Bakar Nabati (BNN) berupa diesel biohidrokarbon (green diesel) dan biodiesel, Avtur biohidrokarbon (bioavtur) serta bensin nabati (green gasoline) atau biogasoline. Tidak seperti bahan bakar fosil, biofuel sebagai sumber daya energi dapat diadakan di seluruh pelosok negeri melalui pembudidayaan tumbuh-tumbuhan sebagai sumber energi alternatif yang aman dan terbarukan,” urai Tatang dalam diskusi tersebut.
Pengembangan biofuel di Indonesia membuka peluang besar untuk inovasi dalam infrastruktur, penguatan regulasi, dan pemanfaatan bahan baku yang berkelanjutan.
Dengan memanfaatkan potensi biofuel, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan sekaligus meningkatkan ketahanan energi nasional. Untuk mewujudkan potensi ini, diperlukan kolaborasi erat antara pemerintah, industri, dan akademisi agar pengembangan ekosistem biofuel dapat dilakukan secara optimal sebagai bagian dari transisi energi nasional.