Pandemi Covid-19, Lifting Migas 102% Lebihi Target APBN-P 2020

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, Ruangenergi.com – Kinerja hulu minyak dan gas bumi (migas) menunjukkan perkembangan positif, meski hal tersebut berada di bawah tekanan Pandemi Covid-19.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Agung Pribadi, menyebut, tercatat, capaian lifting (produksi siap jual) migas di kuartal III 2020, realisasi lifting minyak Indonesia mencapai 100,2% atau 706,2 ribu barel minyak per hari (bopd) dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) sebesar 705 ribu bopd.

“Ini merupakan kabar positif sektor migas di tengah kondisi pandemi Covid-19 menekan harga minyak dunia dan kegiatan operasional di lapangan,” ungkap Agung di Jakarta, (25/10).

Agung menjelaskan, upaya ini tak lepas dari kerja keras SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Migas untuk terus menggenjot kegiatan eksplorasi.

“Kami apresiasi upaya SKK Migas yang telah memberikan masukan kepada para kontraktor migas dalam perencanaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi serta mengatur neraca keuangannya,” katanya.

Pihaknya mencatat, hingga September 2020, lifting migas sebesar 1.689 ribu barel minyak ekivalen per hari (boepd), dengan rincian lifting minyak sebesar 706,2 bopd dan lifting (salur) gas sebesar 5.502 juta standar kubik per hari (mmscfd) atau 99,3% dari target APBN-P yakni 5.556 mmscfd.

Untuk itu, guna mengawal keberlangsungan kegiatan usaha hulu migas, dicanangkan 4 strategi untuk mendukung long term plan (LTP) yaitu Improving Existing Asset Value, Resource to Production (R to P), Enhanced Oil Recovery (EOR) dan eksplorasi.

Menurut, Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, hingga September 2020, pihaknya telah berhasil menyelesaikan survei seismik 2D di open area sepanjang 25.150 km dan di wilayah kerja aktif sepanjang 1.779 km, sehingga total saat ini mencapai 26.929 km.

“Kita menunggu pemrosesan data hasil eksplorasi hingga hasil evaluasi bawah permukaan, apakah terdapat area terbuka yang layak ditindaklanjuti dengan melakukan pengeboran eksplorasi guna mencari sumber-sumber migas baru dalam dua hingga tiga tahun kedepan,” beber Dwi.

Dalam catatan SKK Migas, Dwi mengatakan, sepanjang 2020 telah dilakukan 11 pemboran sumur eksplorasi dengan sukses rasio mencapai 55%. Juga dilaksanakan pemboran sumur dengan target big fish-giant sebanyak 6 sumur wildcat dengan 2 sumur mengkonfirmasi penemuan.

Ia melanjutkan, SKK Migas tetap memprioritaskan kegiatan-kegiatan untuk menemukan cadangan migas baru. Hal ini sejalan untuk mencapai visi produksi minyak 1 juta bopd dan 12.000 mmscfd gas di tahun 2030.

“Kami tidak ingin merasa puas dengan capaian saat ini, untuk itulah kami memasang visi jangka panjang yang implementasi strateginya dilaksanakan sejak awal tahun ini. Meskipun dampak pandemi Covid-19 dan harga minyak yang rendah telah mengkoreksi pencapaian LTP sebesar 2,7% dan diharapkan tahun 2022/2023 sudah sesuai rencana awal kembali,” imbuh Dwi.

Selain itu, kata mantan Dirut Pertamina, Plan Of Development (PoD) juga berhasil dipercepat. Kegiatan ini merupakan upaya untuk mempertahankan cadangan migas secara berkelanjutan dengan target Reserve Replacement Ratio (RRR) mencapai 100 persen setiap tahunnya.

“Tercatat hingga September 2020 RRR telah mencapai 69,6% dari penyelesaian 15 PoD dengan penambahan cadangan sebesar 514 juta barel minyak ekivalen (mmboe),” terang Dwi.

Terkait dengan penyelesaian proyek migas, hingga saat ini telah diselesaikan 9 proyek dari 14 proyek yang akan onstream tahun ini.

“Dari kesembilan proyek tersebut, diperoleh tambahan produksi sebesar 3.182 bopd dan 296 mmscfd,” tukas Dwi.