Jakarta, Ruangenergi.com – PT Pertamina (Persero) menyatakan bahwa rencana investasi hingga tahun 2024 mendatang nilainya mencapai USD92 miliar. Dari jumlah itu sekitar 69 persen adalah untuk sektor hulu migas. Dari total rencana investasi itu rencananya akan dipenuhi dari pendanaan eksternal termasuk dari sektor perbankan.
Oleh sebab itu bank-bank anggota bank Himbara berpeluang besar untuk ikut serta menanamkan investasinya di proyek-proyek strategis yang dilakukan Pertamina termasuk pada anak-anak usahanya.
Direktur Keuangan dan Administrasi PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI), Desiantien, mengatakan bahwa sebagai anak usaha yang fokus pada jasa pengeboran dan solusi terpadu di hulu migas, PDSI akan terus mendukung upaya pemerintah dalam mencapai target produksi minyak 1 juta barel dan 12 miliar kaki kubik per hari untuk jenis gas di tahun 2030.
Meski dalam roadmap kebutuhan energi fosil akan diturunkan dan dikonversi ke sumber energi terbarukan, namun tetap saja industri hulu migas akan tetap dibutuhkan.
“Total kebutuhan energi dari 2015 hingga 2050 mendatang akan naik 6 kali lipat, kebutuhan energi kita masih akan terus meningkat sekitar 2,7 persen per tahun jadi kebutuhan investasi juga akan terus meningkat” ucap Desi dalam diskusi virtual, Kamis (19/8/2021).
Khusus untuk proyek-proyek yang ditangani oleh PDSI, Desi menegaskan bahwa pihaknya telah melakukan penjajakan pada industri perbankan nasional baik itu swasta ataupun BUMN.
Dari sejumlah penawaran yang dilakukan untuk kebutuhan investasi proyek pengeboran, saat ini sudah ada lima kandidat bank lokal yang akan terlibat dalam pendanaan. Dari lima bank itu tiga diantaranya merupakan bank BUMN anggota Bank Himbara.
“Jadi makasih sekali kepada bank himbara sebab dari lima bank besar yang masuk tiga diantaranya adalah bank himbara. Mereka bisa memberikan penawaran yang lebih kompetitif dibanding bank – bank lain,” pungkas Desi.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Kelembagaan dan BUMN Bank BRI, Agus Noorsanto mengatakan, sinergi antara industri hulu migas dengan perbankan nasional sudah dilakukan sejak tahun 2008.
“Sejak 2008, sejak BP Migas berdiri, sinergi perbankan dengan industri hulu migas sudah terlihat dengan peraturan-peraturan yang dikeluarkan untuk para KKKS melakukan kerja sama dengan perbankan nasional,” paparnya.
Menurut Agus, saat ini kegiatan hulu migas yang membutuhkan investasi cukup besar. Beberapa prospek yang bisa digarap perbankan nasional antara lain terkait Pencadangan Dana ASR (Abandonment and Site Restoration), Trustee and Paying Agent, Bank Garansi, Alat Pembayaran (Letter of Credit), Rekening Pembayaran dan Penerimaan untuk Transaksi Penyediaan Barang dan Jasa.
“Selain itu juga Rekening Penerimaan untuk Transaksi Jual Beli Minyak dan Gas Bumi, Rekening Khusus DHE SDA, Pembiayaan Proyek Industri Migas, hingga Pembiayaan Industri Pendukung Hulu Migas,” tukasnya.
Masih ada lagi prospek yang terkait kegiatan pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) dari sektor hulu migas. “Ke depannya potensi ini akan semakin besar dan akan menjadi potensi-potensi bagi teman-teman di Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) untuk ikut terlibat,” ujar Agus.(Red)