Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com- Ada yang menarik muncul dari hasil chit-chat (obrol santai) dengan pembeli LNG Masela paska Inpex beserta konsorsium blok Masela launching Inisiasi FEED OLNG (Onshore LNG Front-End Engineering Design) untuk pengembangan Proyek LNG Abadi, Rabu (09/04/2025).
Dia bercerita bahwa saat ini, buyers menantikan kepastian apakah blok Masela dapat memberikan jaminan supply dari gas alam cair yang dihasilkan blok migas tersebut.
“Walaupun sudah menyampaikan niat mereka membeli LNG, bukan jaminan pembeli akan percaya sepenuhnya. Pembeli masih menunggu kepastian apakah LNG Masela akan tepat waktu sampai ke mereka, atau mundur dari komitmen ketika kontrak sudah dibuat. Keragu-raguan ini wajar saja terjadi karena persaingan pasar LNG sedemikian ketatnya, sehingga ketika komitmen dibuat, maka harus diwujudkan. Jika tidak, pasar tidak akan percaya lagi kepada seller (penjual) LNG,” kata sumber ruangenergi.com, Rabu (09/04/2025), di sela-sela acara Inisiasi FEED OLNG (Onshore LNG Front-End Engineering Design) untuk pengembangan Proyek LNG Abadi.
Dia bercerita, kebijakan energi terbaru Jepang masih mengizinkan penggunaan bahan bakar fosil, meskipun dengan porsi yang berkurang seiring waktu. Pemerintah Jepang menargetkan bahwa pada tahun fiskal 2040, energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin akan menyumbang 40-50% dari bauran energi, sementara tenaga nuklir diharapkan menyumbang sekitar 20%. Ini berarti sekitar 30-40% dari kebutuhan energi masih akan dipenuhi oleh pembangkit listrik termal yang menggunakan bahan bakar fosil.
Meskipun demikian, Jepang berencana untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dengan meningkatkan penggunaan energi terbarukan dan nuklir. Pemerintah juga berupaya memastikan pasokan energi yang stabil sambil mencapai dekarbonisasi.
Dalam konteks ini, gas alam cair (LNG) dianggap sebagai sumber energi transisi yang realistis, dengan pemerintah dan sektor swasta bersama-sama mengamankan kontrak LNG jangka panjang untuk mengantisipasi risiko seperti kenaikan harga dan gangguan pasokan.
“Jepang masih butuh LNG dari Indonesia. Artinya ada harapan dengan dimulainya Inisiasi FEED OLNG (Onshore LNG Front-End Engineering Design) untuk pengembangan Proyek LNG Abadi. Pembeli Jepang hanya memastikan komitmen pengiriman LNG tepat waktu. Itu saja harapan mereka. Soal harga? Biasa dinegolah,”ungkapnya bercerita dengan wajah berseri.