Dirjen Migas Kementerian ESDM

Pemerintah Perlu Lakukan Studi Pengembangan Penggunaan Teknologi MNK

Jakarta, Ruangenergi.com – Pemerintah memiliki salah satu cara untuk meningkatkan produksi migas di Indonesia, yakni dengan pengembangan Migas Non Konvensional (MNK).

Dalam diskusi Forum Geologi Nasional 2021, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, mengungkapkan, negara yang telah berhasil mengembangkan migas non konvensional, di antaranya yakni Amerika Serikat (AS).

Tutuka Ariadji

Meski begitu, kata Tutuka, teknologi yang digunakan di negara tersebut tidak serta-merta dapat digunakan di Indonesia karena karakteristik batuannya yang berbeda.

Ia menambahkan, karakteristik batuan MNK di Indonesia yang sedikit agak liat, menjadikan teknologi yang digunakan di AS perlu disesuaikan.

“Karakteristik batuan MNK di Indonesia berbeda dengan di Amerika. Jadi kita tidak bisa begitu saja menggunakan teknologi yang di Amerika. Perlu ada adjustment karena menurut informasi, batuan MNK kita lebih agak liat,” jelasnya secara virtual.

Untuk itu, Indonesia perlu melakukan studi pengembangan lebih mendalam agar diperoleh data-data yang lebih mendetail, terhadap teknologi MNK yang cocok untuk digunakan di Tanah Air.

Selian itu, dukungan infrastruktur juga diperlukan dalam pengembangan MNK ketika dilakukan massive fracturing.

“Ketika dilakukan massive fracturing, skala rekahannya besar. Jadi perlu infrastruktur yang memadai di permukaan,” ungkap Tutuka.

Ia kembali mengatakan, upaya lainnya untuk mendorong pengembangan MNK adalah melalui dukungan regulasi. Sebagaimana diketahui, saat ini, Pemerintah tengah menggodok aturan di mana Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang telah mengusahakan migas konvensional, juga dapat mengusahakan wilayah kerja (WK) MNK.

“Jadi struktur yang ada di bawahnya, bisa diusahakan juga oleh WK di atasnya. Tidak perlu ada WK baru. Ini aturan yang sedang kita perbarui untuk menarik investasi,” bebernya.

Sebagaimana diketahui, migas non konvensional alias MNK di Indonesia sendiri baru dikembangkan pada tahun 2008 dengan penandatanganan WK Sekayu.

Adapun salah satu jenis MNK yang akan dikembangkan Pemerintah ke depan adalah shale oil karena Indonesia masih memerlukan minyak dalam jumlah besar.

Minyak serpih (shale oil), juga disebut Kerogen Serpih (bitumen padat), adalah batuan sedimen berbutir halus yang mengandung kerogen (campuran dari senyawa-senyawa kimia organik) yang merupakan sumber terbentuknya minyak serpih yang merupakan hidrokarbon cair.

Shale oil didefinisikan sebagai batuan sedimen (immature), berbutir halus yang mengandung sejumlah besar material organik yang spesifik yaitu alginit dan/atau bituminit, yang apabila diekstraksi dengan dipanaskan (> 550 derajat celcius) akan menghasilkan minyak yang mempunyai potensi ekonomis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *