Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com— Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, menegaskan pemerintah masih menunggu data resmi dari badan usaha swasta terkait kebutuhan tambahan pasokan BBM tahun ini. Hingga data itu masuk, opsi impor baru masih belum bisa dipastikan.
“Kami sudah minta data, tapi belum diterima. Kalau stok Pertamina cukup, ya diambil dari Pertamina. Kalau kurang, bisa saja ada impor tambahan. Tapi semua tergantung hasil sinkronisasi data nanti,” kata Laode usai menghadiri rapat koordinasi bersama badan usaha di Kementerian ESDM, Rabu (10/9/2025), di Jakarta.
Informasi yang diterima ruangenergi.com, Kementerian ESDM pada Rabu (10/09/2025) memanggil sejumlah Badan Usaha Niaga Umum yakni: PT AKR Corporindo Tbk, PT Shell Indonesia, PT Vivo Energy Indonesia, PT Aneka Petroindo Raya, PT Exxonmobil Lubricants Indonesia dan tentu saja PT Pertamina (Persero) plus PT Pertamina Patra Niaga.
Tambahan Kuota
Menurut Laode, pemerintah sebelumnya telah memberikan tambahan kuota sebesar 10% kepada SPBU swasta. Namun, lonjakan konsumsi pasca Februari membuat pasokan di beberapa titik kembali ketat. Karena itu, data riil dari badan usaha menjadi kunci sebelum ada keputusan selanjutnya.
“Jangan bilang kurang terus. Tambahan 10% itu sudah diberikan. Sekarang tinggal kita analisis lagi. Kita ingin prosesnya smooth, tanpa gejolak,” tegasnya.
Laode menambahkan, pemerintah tidak serta-merta menganggap kondisi ini sebagai “berkah” karena adanya potensi penghematan subsidi energi. Fokus utama saat ini, kata dia, adalah menjaga stabilitas pasokan dan ketenangan publik di tengah pelemahan ekonomi.
“Soal penghematan subsidi itu urusan berikutnya. Yang penting situasi terkendali dulu, masyarakat tetap bisa mengakses BBM dengan lancar,” ujarnya.
Pemerintah juga menugaskan Pertamina sebagai satu pintu untuk mengoordinasikan distribusi dengan badan usaha swasta. Jika memang perlu impor tambahan, maka impor akan dilakukan melalui Pertamina.
Sementara itu, terkait proyek kilang, Laode menegaskan pihaknya masih melakukan evaluasi, termasuk dengan mitra Rusia Rosneft. Ia memastikan progres proyek Cisem tetap sesuai jadwal dan ditargetkan rampung pada semester I 2026.