Jakarta, Ruangenergi.com – Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengimbau kepada masyarakat agar melakukan penghematan penggunaan BBM untuk kegiatan–kegiatan yang produktif. Pasalnya, subsidi dilakukan untuk mendorong pemulihan ekonomi setelah pandemi Covid-19 yang terjadi lebih dari 2 tahun.
“Jadi sebetulnya, upaya yang dilakukan masyarakat adalah penghematan penggunaan BBM. Lebih pada kegiatan produktif, karena subsidi ini digunakan untuk orang yang tepat dan juga mendorong perkonomian bergerak, yang mana itu penting bagi kedua pihak, karena beban negara besar sekali,” jelas Nicke seperti dikutip di Jakarta, Rabu.
Menurut Nicke, negara juga akan rugi jika banyak pengguna Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi beralih ke BBM subsidi.
“Ada potensi shifting atau perpindahan konsumsi pengguna BBM non subsidi ke BBM subsidi setelah adanya kenaikan harga Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex,” uiarnya.
Namun, pihaknya mengaku sudah mengkalkulasikan dengan tepat dampak yang terjadi setelah adanya kenaikan pada harga BBM non subsidi.
“Ya, itu pasti terjadi shifting, kami hitung betul ketika kami ingin menaikkan harga, berapa kira–kira perpindahannya. Ini yang harus dilakukan lebih lanjut agar perpindahan ini terkendali, dan tidak semuanya pindah ke BBM subsidi, karena itu akan merugikan negara,” paparnya.
Dia juga mengungkapkan, bahwa berdasarkan harga Indonesia Crude Price (ICP) harga keekonomian Pertalite dengan zero margin mencapai Rp 17.000 per liter. Namun karena ada subsidi dari pemerintah, harga Pertalite hanya Rp 6.450 per liter.
Sedangkan harga keekonomian solar mencapai Rp 18.000 per liter, namun setelah ada subsidi, harga Solar jadi Rp 5.150 per liter.
“Sebetulnya pemerintah memberi subsidi besar sekali untuk setiap liter Pertalite yang dijual sampai Rp 9.550 per liter, solar lebih besar lagi,” tutup Nicke.
Sementara itu, Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrahman mengatakan, saat ini yang perlu dilakukan adalah pengendalian konsumen yang menggunakan BBM subsidi dengan menyusun strategi yang tepat. Dengan begitu maka konsumen yang berhak akan mendapatkan BBM subsidi.
“Kami sedang menyusun strateginya. Kita ketahui kuota Pertalite adalah 23,05 juta kilo liter di tahun 2022, sementara prognosa kita di atas 25 juta kilo liter, dan jika tidak ada pertambahan volume dari pemerintah, solusinya adalah pengeratan, dan konsumennya makin disaring,” kata Saleh.
Sebelumnya, pengamat kebijakan publik Agus Pambagio, perpindahan konsumsi masyarakat pengguna BBM non subidi ke BBM subsidi setelah kenaikan harga pasti akan terjadi.
“Kalau orang pindah ke BBM subsidi, ya sudah pasti pindah lah, cuma sekarang, boleh apa tidak? Kalau tidak boleh ya harus ada diberikan sanksi,” kata Agus.(Red)