Pertemuan Menteri Energi G20

Pertemuan Menteri Energi G20, Biofuel Diyakini Dapat Menurunkan GRK

Jakarta, Ruangenergi.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menghadiri pertemuan hari kedua tingkat Menteri Energi G20, beberapa waktu lalu.

Pasalnya, Indonesia menjadi salah satu anggota negara G20 yang berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 142 juta ton CO2 atau 29% hingga 2030.

Pertemuan tersebut berhasil mencapai kesepakatan Komunike Bersama Menteri Energi G20 dan menyepakati dokumen terkait Circular Carbon Economy (CCE) Platform.

Dalam komunike bersama, Menteri Energi G20 mengakui bahwa krisis saat ini, selain berdampak langsung terhadap kesehatan, ekonomi, dan sosial, telah menyebabkan destabilisasi pasar energi global.

Selain itu, mereka mencatat adanya efek tidak proporsional yang ditimbulkan Pandemi Covid-19 terhadap masyarakat dan komunitas yang paling rentan. Sehingga perlu digarisbawahi bahwa, perlunya memastikan upaya pemulihan sektor energi tidak meninggalkan siapa pun.

Maka dari itu, para Menteri Energi G20 sepakat pentingnya kerja sama internasional dalam memastikan ketahanan sistem energi yang menguntungkan seluruh pihak.

“Kami menekankan bahwa tantangan langsung yang ditimbulkan oleh pandemi tidak menyurutkan tekad kami untuk memajukan upaya kami dengan mengeksplorasi berbagai pilihan dan memanfaatkan beragam teknologi dan bahan bakar sesuai dengan konteks nasional untuk memastikan pasokan energi yang stabil dan tidak terputus untuk mencapai pertumbuhan ekonomi,” jelas butir keempat Komunike Bersama Menteri Energi G20 tersebut.

Biofuel, Turunkan Emisi GRK

Dalam dokumen CCE Platform tersebut, para Menteri Energi G20 sepakat bahwa biofuel adalah salah satu komponen penting untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) melalui teknologi dan inovasi (elemen reduce), serta menetralkan emisi karbon melalui proses alami dan dekomposisi (elemen recycle).

Menteri ESDM, Arifin Tasrif, mengikuti pertemuan Menteri Energi G20

Menteri ESDM, Arifin Tasrif, mengatakan, erkait pemanfaatan biofuel, Indonesia tengah melakukan upaya membangun kemandirian dan kedaulatan energi nasional dengan mendorong peningkatan pemanfaatan biofuel.

Salah satu inovasi yang berhasil dilakukan adalah implementasi Biodiesel 30% (B30) di sektor transportasi, yang diperkirakan dapat menurunkan emisi sebesar 16,9 juta ton CO2e.

“Program pemanfaatan biodiesel ini menjadi bentuk nyata partisipasi aktif Indonesia dalam aksi penurunan emisi GRK global,” jelas Arifin.

Selain itu, Indonesia juga telah menemukan katalis yang efektif dalam proses produksi fraksi (jenis bentukan) minyak bumi dengan bahan bakar minyak sawit atau green fuels di kilang Pertamina, yakni Katalis Merah Putih.

Biofuel bersama Hidrogen diyakini dapat memainkan peranan unik dalam percepatan transisi energi menuju sistem energi yang lebih bersih di masa depan dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

“Kami juga mencatat peranan lintas sektor bioenergi dan biofuel di antara keempat elemen dalam CCE,” sebagaimana ditegaskan dalam komunike Menteri Energi G20.

Sebagaimana diketahui, CCE Platform memiliki empat (4) elemen. Pertama adalah reduce, yakni upaya menurunkan emisi GRK dengan memanfaatkan teknologi dan inovasi.

Kedua adalah reuse, yaitu penggunaan kembali emisi karbon dan menjadikannya bahak baku industri. Ketiga adalah recycle, proses menetralkan emisi karbon melalui proses alami dan dekomposisi.

Elemen yang keempat adalah remove, yaitu menghapus emisi dari atmosfer serta industri berat dan fasilitas melalui penangkapan dan penyimpanan karbon.

Diakhir pertemuan, para Menteri Energi G20 sepakat untuk mendorong transisi menuju energi bersih dengan berbagai opsi, teknologi dan bahan bakar yang lebih luas sesuai dengan kondisi dan situasi masing-masing negara.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *