Program Kemitraan Pertamina Bina 271 Pengrajin Batik

Jakarta, Ruangenergi.com – Upaya PT Pertamina (Persero) dalam melestarikan kebudayaan Nusantara diwujudkan dalam banyak hal, salah satunya dengan membina banyak perajin kain batik.

Menurut Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, Agus Suprijanto, hingga kini sudah ada sekitar 271 perajin batik di seluruh Indonesia yang dibina Program Kemitraan Pertamina.

“Mereka kita beri pendampingan dan program agar usahanya bisa berkembang hingga naik kelas,” kata Agus di Jakarta, Jumat (05/3/2021).

Agus menambahkan, bahwa Pertamina akan terus mendukung pengembangan produk-produk kebudayaan lokal agar lebih mendunia. Apalagi batik sendiri kini sudah menjadi warisan budaya dunia.

“Semua ini harus kita jaga dengan cara melestarikan perajin batik dan membantu mereka agar tetap bertahan dan naik kelas menjadi UKM Go Global. Sesuai dengan spirit Energizing You Pertamina membantu seluruh mitra binaannya menjadi mitra binaan yang berkembang dan mandiri,” tutup Agus.

 

Sementara salah satu perajin batik binaan Pertamina, Zaenal Abidin cukup kuat memegang kekhasan dari batik khas Kabupaten Tuban Jawa Timur ini. Terutama cara produksinya yang dinilai masih tradisional.

“Cara tradisional akan membutuhkan banyak pekerja sehingga lapangan kerja pun terbuka luas,” kata pemilik UKM Batik Gedog Zaenal ini.

Selain itu, karena dikerjakan oleh manusia, maka kualitas dari kain batik yang dihasilkan pun bisa terjaga. Mulai dari segi motif, warna, hingga corak bisa benar-benar diperhatikan ketimbang memakai mesin.

Hal itu, kata dia, menyebabkan pekerja yang diberdayakan Zaenal pun jumlahnya mencapai ratusan orang. Mereka terdiri dari para ibu rumah tangga dan warga yang membutuhkan pekerjaan.

“Untuk jumlah karyawan tetap sendiri ada 25 orang. Sedangkan karyawan yang ambil garapan untuk dibawa pulang ada sekitar 100 orang,” jelasnya.

“Upaya ini menjadi salah satu implementasi dari SDGs tujuan ke-8 yakni menyediakan pekerjaan yang layak dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Serta penerapan ESG di bidang sosial,” tambah Zainal.

Lebih jauh Zainal menjelaskan, bahwa ia mengawali perjalanan kariernya dengan memasarkan batik milik temannya ke pulau Bali, dan ia selalu menghabiskan dagangan tersebut. Otomatis bapak dua anak ini mendapatkan banyak pelanggan di pulau dewata.

“Ini mengilhami saya untuk memproduksi batik Gedog tulis sendiri. Dan itu baru terwujud pada tahun 1978, dengan membuka usaha di Desa Jarorejo, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban,” paparnya.

Untuk harga produksinya, Zainal mematok  berkisar mulai dari Rp 50 ribu hingga paling mahal Rp 1 juta per lembarnya. Produknya sudah dipasarkan di sekitar wilayah Tuban, Bali hingga Jakarta.

“Dibantu promosi lewat media sosial @batikzaenal, pemasaran pun makin meluas lagi. Hingga kita bisa meraup omzet sekitar Rp 150 juta per bulan,” demikian Zainal.(Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *