Jakarta,ruangenergi.com-Gas memiliki emisi karbon yang lebih rendah dari minyak bumi dan batubara, tetapi merupakan sumber daya tidak terbarukan.
Sehingga dari sisi keberlanjutan menjadi masalah bagi gas karena itu bagi Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) memahami jika gas suatu saat juga dimasukkan dalam pembangunan hijau dalam arti berkelanjutan.
“Yang perlu kita lihat dalam bisnis energi ini selalu ada faktor komoditas yang bisa diperdagangkan. Ketika sawit dipermasalahkan, banyak orang mengatakan karena mereka sendiri tidak punya produk sawit tetapi memiliki produk lain seperti bunga matahari dan lain-lain. Tentu kompetisi produk ini juga berpengaruh terhadap kepentingan produser dan harus dijaga melalui kebijakan. Terjadilah upaya pelarangan terhadap sawit dimana Indonesia merupakan eksporter terbesar. Jadilah kemudian adanya larangan sawit bagi negara-negara di Eropa. Kami yakin upaya ini tidak berhenti sampai disitu. Karena itu masuk juga ke lahan bisnis gas,” kata Ketua Umum METI Surya Darma dalam bincang santai virtual bersama ruangenergi.com,Kamis (03/02/2022) di Jakarta.
Walaupun disadari, lanjut Surya, gas yang memiliki emisi karbon yang lebih rendah dari minyak bumi dan batubara, tetapi merupakan sumberdaya tidak terbarukan. Sehingga dari sisi keberlanjutan menjadi masalah bagi gas karena itu kami memahami jika gas suatu saat juga dimasukkan dalam pembangunan hijau dalam arti berkelanjutan.
“Apalagi ketika tahun lalu perdagangan gas yang harga nya sampai hampir 4 kali lipat dari kondisi normal sebelumnya menyebabkan krisis energi di beberapa negara baik Eropa maupun di Asia. Kita harus bisa memahami dari konteks ini. Karena itu, kita jangan terjebak pada master plan berbagai negara lain, tetapi harus bisa melaksanakan transisi energi dengan persiapan, perencanaan dan implementasi yang tepat,”pungkas Surya.