Logam tanah jarang

Rekin Tertarik Studi Enjinering Logam Tanah Jarang

Jakarta, Ruangenergi.com PT Rekayasa Industri (Rekind) menyatakan pihaknya sangat tertarik mewujudkan keinginan bersama dalam pengelolaan Logam Tanah Jarang (LTJ) di Indonesia.

Bersama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) melalui Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir (PTBGN), Rekind menyusun studi kelayakan pengolahan mineral radioaktif untuk industri berbasis LTJ.

Hal tersebut ditandai dengan penandatanganan naskah kerja sama kedua belah pihak di Kawasan Nuklir Pasar Jumat, Jakarta Selatan.

“Masih skala enjinering belum sampai ke investasi,” kata Direktur Pengembangan Usaha PT Rekind, Achmad Muchtasyar, kepada Ruangenergi.com, (29/01).

Ia menambahkan, sebagai perusahaan jasa yang bergerak di bidang rancang bangun industri atau engineering, procurement, construction dan commisioning (EPCC) mempunyai kepedulian terhadap masa depan pengelolaan LTJ di Indonesia.

Rekayasa Industri, Rekind

Achmad Muchtasyar, menyampaikan, Rekind terpanggil dan ingin terlibat dalam investasi yang membawa keuntungan di masa depan.

“PT Rekind dengan kemampuan SDM dan kepeduliannya untuk ikut terlibat di dalam investasi masa depan yang menguntungkan terutama bagi kelangsungan perusahaan. Salah satunya adalah LTJ ini, kami melihat bahwa ada potensi yang bagus bahkan mempunyai pengaruh yang kuat tehadap perkembangan industri di masa yang akan datang,” ungkap Muchtasyar.

Untuk itulah, lanjut Muchtasyar, PT Rekind bersedia menjalin kerja sama dengan BATAN dalam rangka menyusun studi kelayakan pengolahan mineral radioaktif untuk industri berbasis LTJ. Selama tiga tahun ke depan, Batan dan Rekind secara bersama membuat rancangan studi perekayasaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan LTJ yang semula hanya prototipe menjadi skala komersial.

Muchtasyar berharap, kerja sama ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar hingga tujuan akhir yakni pengelolaan LTJ skala industri dengan dukungan penuh dari semua pemangku kepentingan.

“Batan sebagai center of excelent teknologi nuklir dan PT. Rekind sebagai pihak industri dan juga dengan badan usaha lain secara bersama dapat mengembangkan pengelolaan LTJ di Indonesia hingga skala komersial,” imbuh Muchtasyar.

Kawasan BATAN Pasar Jumat

Wujudkan Keinginan Bersama

Sementara, Deputi Teknologi Energi Nuklir, Suryantoro, mengatakan, kerja sama ini dilatarbelakangi oleh keinginan bersama dalam mewujudkan pengelolaan LTJ di Indonesia yang sampai saat ini belum dilakukan secara komersial, meskipun proses penelitian dan penguasaan teknologinya telah lama dilakukan oleh BATAN.

Bahkan untuk menunjang penguasaan teknologi tersebut, BATAN telah membangun prototipe fasilitas pemisahan uranium, torium, dan logam tanah jarang yang diberi nama PLUTHO yang berada di Kawasan Nuklir Pasar Jumat.

Ia mengungkapkan, fasilitas laboratorium PLUTHO yang diresmikan penggunaannya sejak tahun 2017 difungsikan untuk memisahkan uranium dan torium dari pasir monasit.

“Sebetulnya konsen BATAN pada proses pemisahan mineral radioaktif dari pasir monasit, namun dari proses pemisahan tersebut dihasilkan juga LTJ sebagai komoditas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi,” kata Suryantoro.

Di Indonesia, terang Suryantoro, keberadaan LTJ mudah ditemukan terutama di daerah-daerah yang mempunyai tambang timah seperti di Kepulauan Bangka Belitung.

Selain itu, BATAN bersama konsorsium pengelolaan LTJ juga telah mengembangkan teknologi pemisahan mineral radioaktif dari pasir monasit, juga memisahkan LTJ menjadi unsur-unsur material dapat dimanfaatkan oleh dunia industri.

Ia berharap, upaya pemanfaatan LTJ di Indonesia tidak hanya berhenti pada skala penelitian saja, namun harus dapat termanfaatkan bagi masyarakat luas.

“Semoga pengelolaan LTJ di Indonesia tidak berhenti sebatas litbang, namun harus sampai hilir bahkan kalau bisa menjadi industri LTJ Merah Putih di Indonesia, untuk itulah dibutuhkan kerja keras dan kerja sama antar stakeholder termasuk Rekind dan lembaga atau kementerian, serta badan usaha lainnya,” tuturnya.

Menuju Skala Industri

Kepala PTBGN, Yarianto mengungkapkan, pihaknya bersama Rekind mempunyai misi yang sama dalam menjalin kerja sama ini, yakni menjadikan pengelolaan LTJ di Indonesia menuju skala industri.

Selama ini beberapa unit kerja di Batan seperti PTBGN, Pusat Sains dan Teknologi Akselerator (PSTA), Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju (PSTBM), dan Pusat Teknolgi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) secara intensif telah melakukan riset terkait pemanfaatan LTJ.

Ia menambahkan, PTBGN dengan fasilitas PLUTHO yang dimilikinya, mampu memisahkan mineral radioaktif dan LTJ hidroksida dari pasir monasit yang kemudian dilanjutkan dengan proses pemisahan LTJ hidroksida menjadi beberapa unsur LTJ yang bermanfaat bagi industri. Untuk melakukan kegiatan scale-up dari prototipe menjadi skala industri memerlukan kompetensi di bidang desain.

“Melalui kerja sama ini, Batan dan PT. Rekind akan membuat studi kelayakan baik secara keekonomian, pemetaan pemangku kepentingan, pengguna potensial, dan pemilihan teknologinya,” imbuh Yarianto.

Menurutnya, di tengah masa Pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri dalam mewujudkan kerja sama dalam waktu dekat.

Untuk itulah, jelas Yarianto, agar pelaksanaan kerja sama ini dapat berjalan lancar, PTBGN menyiapkan prasarana berupa ruang khusus untuk melakukan kegiatan bersama, tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

“Target kerja sama ini selama tiga tahun, namun bila dapat dipercepat akan dilakukan percepatan. Dalam waktu dekat Batan dan PT. Rekind akan menyusun kerangka kerja dan penganggaran secara detail,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *