Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com- Di tengah kebutuhan Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil, sebuah langkah strategis lahir dari kawasan Kamojang, Garut.
Pada Rabu (19/11/2025), aroma manis nira aren menyambut peluncuran resmi proyek percontohan (pilot project) bioetanol berbasis aren oleh PT Pertamina New & Renewable Energy (NRE).
Inisiatif ini menandai komitmen kuat Pertamina NRE dalam mendukung Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, terutama cita tentang swasembada energi dan kemandirian nasional.
Proyek tersebut diresmikan langsung oleh Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, yang menegaskan bahwa Indonesia sangat membutuhkan terobosan energi domestik yang dapat dihasilkan dari kekayaan hayati negeri sendiri.
“Kita sangat perlu menjajaki potensi sumber energi domestik, salah satunya aren sebagai bahan baku bahan bakar nabati (BBN). Indonesia memiliki potensi aren yang besar untuk dikembangkan menjadi BBN,” ujar Raja Juli.
Aren telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat pedesaan, namun kini tengah naik kelas menjadi salah satu kandidat kuat bahan bakar nabati masa depan. Secara teori, 1 hektare lahan aren dapat menghasilkan 24 ribu liter etanol per tahun—angka fantastis yang menjadi dasar optimisme pemerintah.
Indonesia sendiri memiliki potensi hingga 125 juta hektare lahan yang dapat dikembangkan menjadi perkebunan aren. Jika dikelola optimal, peluang mengurangi impor BBM bukan lagi mimpi.
Di Kamojang, proyek percontohan Pertamina NRE memanfaatkan nira aren dari hutan yang dikelola Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Baru Bojong, Desa Bojong. Infrastruktur mini plant yang dibangun mampu memproduksi 300 liter bioetanol per hari serta 300–500 kilogram gula aren, memberikan manfaat ekonomi ganda bagi warga.
“Kami sangat menyambut baik keinginan Pertamina untuk bermitra. Semoga ini benar-benar meningkatkan ekonomi masyarakat, terutama petani aren,” kata Hendra, Ketua KUPS Baru Bojong.
Peluncuran proyek percontohan ini bukan berdiri sendiri. Pemerintah, melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 440 Tahun 2025, membentuk Tim Kerja Percepatan Pengembangan Aren demi mendukung swasembada energi dan pangan nasional.
Raja Juli menambahkan bahwa pengembangan aren skala luas memerlukan pendampingan intensif, mulai dari teknik penyadapan hingga tata kelola hutan rakyat. Karena itu, pelatihan dan pembinaan bagi petani aren akan menjadi bagian integral dari program.
Beberapa manfaat strategis pengembangan bioetanol aren antara lain: Menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat desa. Mengoptimalkan lahan marjinal yang selama ini kurang produktif. Mengurangi impor energi fosil. Menekan emisi karbon dengan memperbesar porsi energi terbarukan
Pemerintah bahkan menargetkan pembangunan perkebunan aren seluas 1,2 juta hektare dengan potensi produksi 28,8 juta kiloliter bioetanol per tahun.
CEO Pertamina NRE, John Anis, menjelaskan bahwa pengembangan bioetanol aren merupakan bagian dari strategi lebih besar, yaitu bioethanol multifeedstock. Selain aren, Pertamina NRE juga sedang mengembangkan bioetanol dari: Molase tebu. Sorgum. Singkong. Jagung. Limbah pertanian (jerami padi, bagasse, limbah sawit, batang sorgum)
“Aren adalah salah satu tanaman dengan potensi besar untuk dibudidayakan di Indonesia secara masif.” ujar John. “Dengan dukungan pemerintah, kemandirian energi melalui tanaman lokal dapat terwujud.”
Peta jalan Pertamina NRE mencakup tahapan: laboratorium → road test → pilot → komersial → replikasi industri
Di tengah pengembangan ini, kabar baik datang dari Jepang. Toyota Motor Corporation menyatakan minat berinvestasi dalam industri bioetanol Indonesia, memposisikan Pertamina NRE sebagai mitra strategis dalam membangun fondasi nasional dari riset, produksi, hingga distribusi bahan bakar rendah karbon.
Melalui unit riset RABIT di Fukushima, Toyota telah mengembangkan teknologi bioetanol generasi kedua berbasis biomassa nonpangan, yang sangat cocok dengan karakter agrikultur Indonesia.
Menurut Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todotua Pasaribu, proyek perintis Toyota–Pertamina NRE akan dikembangkan di Lampung, memanfaatkan bahan baku beragam seperti tebu, singkong, hingga sorgum, dan akan terintegrasi dengan geothermal serta hidrogen milik Pertamina.
“Tidak hanya perusahaan yang menyediakan bahan baku, tetapi juga petani dan koperasi, sehingga ekonomi daerah ikut bergerak,” tegas Todotua.
Sebagai bagian dari ekosistem energi Pertamina, Pertamina NRE berkomitmen kuat pada target Net Zero Emission 2060 melalui upaya yang bersinggungan langsung dengan SDGs dan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
Integrasi bioetanol dengan portofolio lain seperti geothermal dan hidrogen hijau akan memperkuat sistem energi yang lebih rendah emisi dan berkelanjutan.
Bioetanol aren bukan sekadar inovasi teknologi, tetapi simbol harapan: bahwa energi masa depan Indonesia bisa berasal dari tanah sendiri, hutan sendiri, dan tangan-tangan petani Indonesia. Dari Kamojang, sebuah fondasi baru telah dibangun—fondasi menuju kemandirian energi, sesuai Asta Cita Presiden Prabowo.
Pertamina NRE, pemerintah, petani, hingga mitra internasional kini bergerak dalam irama yang sama: membangun Indonesia yang mandiri, hijau, dan bertenaga.












