Sentuh Level Tertinggi Selama Dua Tahun, Harga Minyak Melemah

Jakarta, Ruangenergi.com – Setelah sempat menyentuh level tertinggi dua tahun di tengah ekspektasi peningkatan permintaan dan produsen OPEC mempertahankan pembatasan pasokan, harga minyak pada Senin (07/6) melemah dari tingkat tertinggi sesi itu di awal perdagangan.

Menurut Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago mengutip dari data China menunjukkan impor minyak mentah jatuh ke level terendah satu tahun pada Mei.

“Itu menghilangkan sebagian antusiasme di pasar minyak yang  bullish,” kata Pihl Flynn.

Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch menyebutkan bahwa investor mungkin telah menjual beberapa kontrak untuk mengambil keuntungan ketika WTI menembus USD 70.

“Terlepas dari itu, harga tertinggi yang baru menunjukkan keberlanjutan pergerakan  bullish ini dengan beberapa value yang lebih tinggi kemungkinan terbentang di depan,” kata Ritterbusch.

Seperti dikutip dari laporan Reuters,   di New York, Senin (7/6/2021) atau Selasa (8/6/2021) pagi WIB, minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup menyusut 40 sen menjadi USD 71,49 per barel, setelah menyentuh USD 72,27 per barel, tingkat tertinggi sejak Mei 2019.

Sementara patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, menetap di posisi USD 69,23 per barel, setelah menyentuh US D70 untuk pertama kalinya sejak Oktober 2018.

Minyak mentah meningkat selama dua minggu, dengan Brent melonjak 38 persen tahun ini dan WTI melambung 43 persen, dibantu pemulihan dari gangguan permintaan terkait pandemi serta pembatasan pasokan oleh Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya yang dikenal sebagai OPEC Plus yang mendorong harga minyak dengan tetap menahan pembatasan pasokan hingga Juli.

Menurut Sekjen OPEC, Mohammad Barkindo, OPEC Plus memperkirakan persediaan akan turun lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang.

Namun analis OANDA, Jeffrey Halley, memperkirakan harga minyak akan tetap naik, dengan pelemahan singkat, karena meningkatnya permintaan global menyusul keputusan Amerika Serikat dan Eropa untuk melonggarkan pembatasan Covid-19, sementara India telah mulai melonggarkan penguncian terbarunya.

“Dengan beberapa perbaikan dalam situasi pandemi di India serta pemulihan di Amerika, China, dan Eropa tetap berada di jalurnya, minyak bakal tetap diburu saat turun,” kata Jeffrey. (Red)

Sentuh Level Tertinggi Selama Dua Tahun, Harga Minyak Melemah

Jakarta, Ruangenergi.com – Setelah sempat menyentuh level tertinggi dua tahun di tengah ekspektasi peningkatan permintaan dan produsen OPEC mempertahankan pembatasan pasokan, harga minyak pada Senin (07/6) melemah dari tingkat tertinggi sesi itu di awal perdagangan.

Menurut Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago mengutip dari data China menunjukkan impor minyak mentah jatuh ke level terendah satu tahun pada Mei.

“Itu menghilangkan sebagian antusiasme di pasar minyak yang  bullish,” kata Pihl Flynn.

Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch menyebutkan bahwa investor mungkin telah menjual beberapa kontrak untuk mengambil keuntungan ketika WTI menembus USD 70.

“Terlepas dari itu, harga tertinggi yang baru menunjukkan keberlanjutan pergerakan  bullish ini dengan beberapa value yang lebih tinggi kemungkinan terbentang di depan,” kata Ritterbusch.

Seperti dikutip dari laporan Reuters,   di New York, Senin (7/6/2021) atau Selasa (8/6/2021) pagi WIB, minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup menyusut 40 sen menjadi USD 71,49 per barel, setelah menyentuh USD 72,27 per barel, tingkat tertinggi sejak Mei 2019.

Sementara patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, menetap di posisi USD 69,23 per barel, setelah menyentuh US D70 untuk pertama kalinya sejak Oktober 2018.

Minyak mentah meningkat selama dua minggu, dengan Brent melonjak 38 persen tahun ini dan WTI melambung 43 persen, dibantu pemulihan dari gangguan permintaan terkait pandemi serta pembatasan pasokan oleh Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya yang dikenal sebagai OPEC Plus yang mendorong harga minyak dengan tetap menahan pembatasan pasokan hingga Juli.

Menurut Sekjen OPEC, Mohammad Barkindo, OPEC Plus memperkirakan persediaan akan turun lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang.

Namun analis OANDA, Jeffrey Halley, memperkirakan harga minyak akan tetap naik, dengan pelemahan singkat, karena meningkatnya permintaan global menyusul keputusan Amerika Serikat dan Eropa untuk melonggarkan pembatasan Covid-19, sementara India telah mulai melonggarkan penguncian terbarunya.

“Dengan beberapa perbaikan dalam situasi pandemi di India serta pemulihan di Amerika, China, dan Eropa tetap berada di jalurnya, minyak bakal tetap diburu saat turun,” kata Jeffrey. (Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *