Hulu migas

Setujui POD Lapangan Ubadari dan Vorwata EGR, SKK Migas: Investasi di Papua Bertambah Rp 29,6 Triliun

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, Ruangenergi.com – SKK Migas menyatakan pihaknya telah menyelesaikan evaluasi dan memberikan persetujuan Plan of Development (POD) terhadap Lapangan Ubadari dan Vorwata Enhanced Gas Recovery (EGR) di wilayah kerja Berau, Muturi dan Wiriagar yang dioperasikan BP Berau Ltd.

Di mana, persetujuan ini menghasilkan tambahan cadangan sebesar 1.523 BSCF gas (setara 271,96 juta barel setara minyak), sehingga menjadi kado bagi Indonesia yang sedang merayakan hari ulang tahun ke-76, karena tambahan cadangan dari kedua lapangan tersebut membuat Reserve Replacement Ratio Tahun 2021 menjadi 100%.

Sekretaris SKK Migas, Taslim Yunus, mengatakan, artinya SKK Migas dapat menjaga seluruh cadangan yang dikonsumsi tahun 2021, digantikan oleh cadangan baru.

Menurutnya, pada tahun 2021, industri hulu migas direncanakan memproduksikan minyak dan gas sebesar 625 Juta barel setara minyak.

Hal tersebut dilakukan guna menggantikan cadangan yang diproduksikan demi menjaga kesinambungan kegiatan produksi di masa depan. Ia menambahkan, setiap tahun SKK Migas memastikan adanya penambahan cadangan, melalui evaluasi POD minimal sebesar yang diproduksikan.

Sampai awal Agustus 2021, lanjutnya, telah ada 18 POD yang disetujui, dengan penambahan cadangan 492.82 juta barel setara minyak (78,8% dari cadangan yang dikonsumsi).

“Persetujuan POD Lapangan Ubadari dan Lapangan Vorwata EGR, membuat RRR menjadi 100% sehingga ada kepastian kesinambungan produksi masa depan. Ini kabar baik dari industri hulu migas untuk bangsa kita yang sedang merayakan ulang tahun. Semoga selalu berjaya,” ungkap Taslim, (17/08).

Ia menuturkan, berdasarkan POD tersebut,  Lapangan Ubadari dan Vorwata EGR akan memproduksikan gas sebesar 1.269 BSCF dan kondensat sebesar 3,77 MMSTB, yang akan diproduksikan sampai masa akhir kontrak PSC pada tahun 2035.

NIHilai investasi di lapangan Ubadari dan Vorwata akan mencapai sekitar US$ 2,041 Miliar atau setara dengan Rp 29,6 Triliun.

“Lapangan Ubadari ditargetkan bisa onstream pada kuartal ketiga tahun 2026, sedangkan Lapangan Vorwata EGR ditargetkan bisa onstream di 2027. Gas yang dihasilkan akan dialirkan ke Tangguh Train-3. Kami memprediksikan puncak produksi dapat terjadi pada tahun 2027, sehingga akan memberikan kontribusi positif pada peningkatan produksi yang akan menopang pencapaian target produksi gas di tahun 2030, karena kedua lapangan dapat tetap diproduksikan hingga masa akhir kontrak kerja sama, yaitu pada tahun 2035,” tutur Taslim.

Menurutnya, berproduksinya kedua lapangan, akan turut memberikan manfaat nyata bagi daerah melalui dana bagi hasil migas dan pemerintah pusat.

“Selain itu, Kegiatan produksi juga akan memberikan manfaat bagi pengusaha daerah, masyarakat lokal dalam penyediaan barang/jasa, mengingat sepanjang masa operasi KKKS akan membelanjakan anggaran sekitar US$800 juta untuk mendukung kegiatan operasi,” katanya.

Lebih jauh, ia menjelaskan, rencana pengembangan Lapangan Ubadari dan Lapangan Vorwata dilakukan dengan memperhatikan pengelolaan lingkungan yang lebih baik.

Kegiatan ini akan menerapkan Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) di Tangguh, yaitu teknologi yang dapat menangkap CO2 yang telah dilepaskan ke atmosfer. Nantinya CO2 yang tertangkap, akan digunakan untuk mendukung pelaksanaan EGR di Lapangan Tangguh, sehingga produksi dapat dimaksimalkan ditingkatkan.

Ia menjelaskan, CCUS merupakan teknologi akan mengurangi emisi CO2. Bagi Indonesia, dengan demikian penerapan CCUS di lapangan Tangguh ini juga akan mendukung kesuksesan komitmen Indonesia dalam melaksanakan kesepakatan Paris Agreement pada tahun 2015, di mana Indonesia berkomitmen mengurangi emisi karbon sebesar 29% hingga 41% pada tahun 2030.

Lebih jauh, Taslim mengatakan bahwa, operasional Kilang LNG Tangguh 1 dan 2 melepaskan CO2 sekitar 5 metric ton per tahun, dan akan meningkat menjadi 8 metric ton seiring dioperasikannya Kilang LNG Tangguh 3. Penerapan CCUS akan mengurangi emisi carbon sekitar 45%.

“Ini sangat menggembirakan karena selain memberi kontribusi besar pada kesukesan komitmen pemerintah RI dalam menjaga lingkungan, juga akan meningkatkan produksi. Keuntungan lain, kegiatan ini juga akan menjaga Kilang LNG Tangguh tetap kompetitif utamanya dalam menghadapi negara-negara pembeli yang sensitif terhadap isu lingkungan,” tutup Taslim.