Jakarta, Ruangenergi.com – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebut langkah mencapai produksi 1 juta barel di tahun 2030 membutuhkan sinergi dan kolaborasi dari berbagai fungsi, salah satunya adalah fungsi audit.
Metode dan implementasi audit mampu mengantisipasi dan menyesuaikan perkembangan zaman, serta adaptif terhadap situasi bisnis adalah salah satu kunci keberhasilan penerapan good corporate governance (GCG) di industri hulu migas nasional pada level yang maksimal.
Menurutnya, Pandemi Covid-19 telah mengubah cara perusahaan menjalankan operasionalnya dan situasi ini memberikan tantangan baru bagi fungsi audit yaitu keterbatasan untuk melakukan audit secara tatap muka.
Tentunya hal ini perlu diantiasipasi oleh para auditor sebagai salah satu pelaku utama penerapan good corporate governance di industri hulu migas nasional.
Untuk itu, fungsi risk management, internal audit, serta internal control and compliance yang tergabung dalam Forum Auditor Migas Indonesia (FAMI) menggelar FAMI Group Discussion (FGD) yang akan diselenggarakan secara daring pada 2-3 November 2020.
Ketua FAMI, Medi Apriandi, mengatakan, untuk mengawal visi bersama industri hulu migas, yaitu memproduksi 1 juta barel minyak di tahun 2030, para auditor hulu migas dituntut untuk melakukan penyesuaian dalam cara kerja, sinergi, kolaborasi dan tingkat pengetahuan.
“Kami mengalami tantangan yang berat dengan adanya pandemi Covid-19 yang telah mengubah cara kerja auditor. Salah satu jalan keluarnya adalah para auditor harus menyesuaikan diri dan menyepakati role model pelaksanaan audit dengan adanya keterbatasan untuk melakukan audit secara fisik,” jelas Medi, Senin (02/11).
Medi yang juga koordinator pengawas internal SKK Migas, menambahkan, sebagai pengawas dan pengendali kegiatan hulu migas. Untuk itu, SKK Migas terus berupaya meningkatkan standar serta efektivitas pengawasan dan audit di sektor strategis ini.
Sementara, Pengawas Internal SKK Migas, Taslim Yunus, menuturkan, SKK Migas memiliki tugas berat untuk memastikan penerimaan negara dapat dijaga dan direalisasikan baik dari aspek jumlah maupun kesesuaian tata kelolanya.
“Membangun industri hulu migas dengan tata kelola yang baik dan memiliki standar internasional adalah salah satu kunci untuk menarik investor ke sektor yang memiliki risiko bisnis yang tinggi ini. Kami bersyukur bahwa, pada tahun ini, kerja keras SKK Migas untuk menerapkan tata kelola yang baik dan melakukan pencegahan korupsi di industri hulu migas mendapatkan penghargaan dari KPK,” jelas Taslim.
Menurutnya, visi produksi 1 juta barel membutuhkan dukungan investasi yang massive dan aggressive.
“Tata kelola hulu migas yang baik adalah salah satu kunci yang dapat menyakinkan dunia usaha baik nasional maupun asing terhadap daya saing hulu migas Indonesia yang semakin kuat dan efisien. Ini akan menjadi salah satu penarik investor untuk menanamkan modalnya ke Indonesia,” terang Taslim.
1 Juta Barel ‘Musuh Bersama’
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, menerangkan, target 1 juta barel telah menjadi “musuh bersama”, sehingga untuk merealisasikannya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak.
Ia melanjutkan, begitu juga fungsi assurance (internal audit, risk management dan compliance) di SKK Migas dan KKKS akan memegang peranan yang sangat krusial.
“Tidak hanya fokus pada management compliance untuk tidak hanya menjadi safety net, namun harus berperan aktif menjadi jembatan demi tercapainya tujuan organisasi dengan memberikan perbaikan proses good governance,” ungkap Dwi.
Ia menegaskan, langkah menuju 1 juta barel membutuhkan lompatan kerja, sehingga akan ada resiko dan kendala karena yang dilakukan adalah business not as usual.
Untuk itu, SKK Migas menyebut, Fungsi Assurance diharapkan dapat menemukan proses bisnis yang efisien dan tidak menjadi penghambat.
“Forum FAMI ini menjadi penting untuk merumuskan role model penerapan audit di hulu migas KKKS kedepannya,” imbuhnya.
Sementara, Direktur Utama Medco Energi, Hilmi Panigoro, berpandangan bahwa apa yang telah dirumuskan oleh SKK Migas untuk mencapai target 1 juta barel sudah tepat.
Implementasinya yang akan menjadi tantangan, hal itu membutuhkan waktu dan dukungan dari berbagai pihak.
“Hal serupa telah dilakukan oleh Pemerintah Oman. Mereka di tahun 2008 pernah mengalami penurunan produksi hingga 700 ribu barel dan di 2016 sudah bisa kembali diatas 1 juta barel,” ungkap Hilmi.
Dikatakan olehnya, fungsi audit selalu memegang peranan penting dalam pencapaian strategi karena strategi yang baik tidak mungkin dijalankan tanpa tata kelola yang baik.
“Audit mencakup semua aspek perusahaan, bukan lagi sekadar untuk mencari-cari prosedur yang salah. Audit merupakan bagian dari keseluruhan operasi perusahaan untuk memastikan bahwa langkah-langkah kita mencapai strategi sesuai dengan standar governance,” tutur Hilmi menambahkan.
Sebagai informasi, sejak dilaksanakan pertama kali pada tahun 2012, FAMI Group Discussion senantiasa membahas hal-hal yang aktual untuk memberikan kontribusi meningkatkan perbaikan tata kelola industri hulu migas.
Pada pertemuan tahun ini, tema yang dibahas adalah “The Role of Internal Audit to Safeguard 1 Million Barrel Oil Production Target”. Ini merupakan langkah antisipatif dan progresif bagi auditor hulu migas sejak dini, sehingga setiap tahun dapat dilakukan corrective action maupun preventif action untuk memastikan target tahunan dalam rangkaian target jangka panjang 1 juta barel di tahun 2030 dapat direalisasikan.
FAMI Group Discussion tahun ini akan semakin strategis karena menjadi rangkaian kegiatan pendahuluan dari kegiatan berskala internasional pertama yang digagas SKK Migas dan telah mendapatkan dukungan dari KKKS yaitu 2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil & Gas yang akan dilaksanakan di bulan Desember 2020.