Jakarta, Ruangenergi.com – Kepala Departemen Pengembangan Lapangan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Arya Disiyona mengatakan, contoh konkret upaya percepatan monetisasi temuan cadangan gas bumi yang telah dilakukan SKK Migas dan pemerintah adalah temuan gas di sumur Geng North-1, blok North Ganal, oleh ENI SpA.
“Geng North ini menjadi game changer, ditemukan tahun 2023, memperoleh persetujuan rencana pengembangan lapangan dari pemerintah Agustus 2024, atau hanya 10 bulan, dan proyek pengembangannya ditargetkan akan onstream tahun 2027,” kata Arya dalam webinar bertajuk “Strategi Pemerintah Mempercepat Monetisasi Giant Gas Discovery” yang digelar Resourcesasia.id dengan di Jakarta, Selasa (10/12/2024).
Menurut dia, selain percepatan proses-proses persetujuan dan perizinan, SKK Migas dan pemerintah juga memberikan berbagai insentif kepada para Konraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) hulu migas agar keekonomian proyek pengembangan lapangan gas lebih menarik.
“Jenis-jenis insentif yang akan diberikan kepada KKKS disesuaikan dengan peraturan yang ada,” ucapnya.
Sementara Senior Manager Gas Commercial & Monetization PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Dani Jatnika menyatakan, bahwa sesuai arahan SKK Migas dan pemerintah, produksi gas dari blok Masela, salah satu giant gas yang dimiliki Indonesia, akan diutamakan untuk memenuhi kebutuhan domestik.
“Kami bukan operator Blok Masela, hanya sharing info. Sesuai POD serta arahan dari pemerintah dan SKK Migas, 40 hingga 60 persen produksi gas blok Masela akan dialokasikan untuk domestik. Yang sudah fix, PT Pupuk Indonesia akan membangun pabrik pupuk di Masela memanfaatkan 150 mmscfd,” terang Dani.
Selanjutnya, kata dia, Inpex selaku operator Blok Masela saat ini masih berdiskusi dengan calon pembeli domestik lain, yaitu PLN dan PGN. Rencananya, gas dalam bentuk LNG itu nantinya akan memenuhi kebutuhan pembangkit-pembangkit listrik tenaga gas PLN dan untuk memenuhi market industri PGN.
Pada kesempatan yang sama, Group Head of Gas, Supply & LNG Trading PT Pertamina Gas Negara (PGN), M. Anas Pradipta, mengungkapkan kesiapan PGN menjadi aggregator gas nasional.
“PGN, sebagai aggregator gas, sangat siap menyerap produksi gas dari proyek-proyek pengembangan lapangan-lapangan gas baru, termasuk gas dari Masela dan IDD yang akan berbentuk LNG,” ujar Anas.
Dia mengatakan, sejak tahun 2024 ini PGN telah berpengalaman mendistribusikan LNG yang berasal 3 kilang LNG di Indonesia untuk market industri, dan market industri dapat menerima penyesuaian harga.
Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, dalam tinjauan kritisnya berpendapat cita-cita swasembada energi pemerintah dapat tercapai jika seluruh potensi sumber energi di Indonesia dimanfaatkan, termasuk energi berbasis fosil.
“Swasembada energi dapat tercapai kalau bicara energy in total, baik energi fosil maupun energi baru. Kalau hanya energi terbarukan saja, mungkin akan sulit tercapai. Semestinya energy in total, sebab Indonesia memiliki banyak cadangan batubara, cadangan gas dan cadangan minyak bumi. Kalau mau mandiri energi, tidak dikotomikan energi bersih dengan energi fosil, maka optimis dapat mencapai swasembada energi,” tutup Komaidi.(SF)