Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com— SKK Migas menegaskan komitmen pemerintah menjaga ketahanan pasokan gas bumi nasional melalui strategi hulu yang agresif dan penguatan infrastruktur distribusi gas antarwilayah. Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi, dalam forum Kadin Indonesia bertajuk “Keberlanjutan Gas Bumi untuk Industri Nasional”, memaparkan bahwa sektor gas kini menjadi pilar utama dalam transisi energi dan daya saing industri nasional.
“Indonesia memasuki momentum baru di sektor gas bumi dengan sejumlah temuan lapangan besar seperti Geng North dan Andaman. Tantangan utama bukan lagi menemukan cadangan, tetapi memastikan gas bisa tersalurkan secara efisien ke wilayah defisit,” ujar Kurnia.
Hingga Agustus 2025, penyaluran gas bumi nasional tercatat mencapai 5.632 BBTUD, dengan distribusi terbesar untuk sektor industri (25,17%), ekspor LNG (23,37%), kelistrikan (13,07%), dan pupuk (12,20%). SKK Migas menegaskan, arah kebijakan gas nasional kini berorientasi pada domestik market obligation (DMO) untuk memastikan kebutuhan listrik dan industri tetap terpenuhi.
Paparan SKK Migas menunjukkan adanya ketimpangan suplai antara wilayah Indonesia barat dan timur. Kawasan seperti Andaman, Natuna, Papua, dan Maluku memiliki potensi surplus gas, sementara Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan Riau menghadapi defisit pasokan akibat penurunan produksi lapangan lama.
Untuk mengatasi hal ini, SKK Migas mendorong percepatan pembangunan jaringan pipa strategis, termasuk: Sumatera–Riau Pipeline. Kemudian, Cirebon–Semarang (CISEM II). Lanjut ke West Natuna Transportation System ke Batam
Strategi Hulu Migas 2025: Akselerasi Produksi dan Efisiensi Ekspor
Kurnia menegaskan empat langkah strategis utama untuk menjaga pasokan gas domestik, yakni: Percepatan eksplorasi dan produksi lapangan gas baru. Penjadwalan ulang kontrak ekspor agar lebih banyak gas dialokasikan untuk dalam negeri. Skema gas swap untuk menutupi kesenjangan pasokan sementara. Pemanfaatan LNG di area defisit melalui penguatan jaringan pipa dan fasilitas regasifikasi.
Sepanjang 2025, SKK Migas menargetkan 15 proyek migas non-PSN beroperasi dengan total investasi US$ 832,3 juta. Dari proyek ini, tambahan produksi diperkirakan mencapai 22.394 barel minyak per hari (BOPD) dan 218 MMSCFD gas, memperkuat pasokan domestik dari lapangan seperti Medco Natuna, Senoro Selatan, Suban Revamping, hingga Letang Tengah Rawa Expansion.
Kurnia menekankan bahwa keberhasilan strategi gas nasional bergantung pada sinergi antar-sektor — dari produsen, regulator, hingga pengguna industri. “Kunci keberlanjutan gas bumi Indonesia adalah kolaborasi. Pemerintah memastikan insentif fiskal yang kompetitif di hulu, sementara dunia usaha harus siap menyerap gas dengan keekonomian yang berimbang,” tegasnya.