Jakarta, ruangenergi.com – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memetakan realita terbaru pasar gas bumi nasional yang menunjukkan ketimpangan pasokan antarwilayah. Proyeksi ini membuka peluang strategis bagi pelaku usaha hulu migas dan investor infrastruktur energi, khususnya di sektor midstream.
Dalam paparannya bertajuk “Kondisi dan Strategi Pemenuhan Pasokan Gas”, Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi, menyoroti wilayah yang diprediksi akan mengalami defisit dan surplus gas bumi di tahun-tahun mendatang.
Defisit Gas: Peluang Pasokan dari Luar Wilayah
Beberapa wilayah mencatatkan kondisi defisit, yang mengindikasikan potensi kebutuhan pasokan lintas-wilayah:
- Sumatera Bagian Selatan-Tengah: Produksi gas menurun sementara konsumsi meningkat.
- Jawa Barat: Kebutuhan gas terus naik, namun produksi tidak dapat mengimbanginya.
Kondisi ini mendorong pentingnya penyaluran gas dari wilayah-wilayah surplus, baik melalui jaringan pipa maupun infrastruktur LNG carrier.
Surplus Gas: Peluang Monetisasi Aset
Sebaliknya, sejumlah kawasan masih mencatatkan surplus gas dan berpotensi menjadi pusat pasok nasional:
- Aceh – Sumatera Utara: Potensi pasokan dari Klaster Andaman dan Gebang.
- Natuna: Surplus disebabkan ekspor gas yang belum optimal.
- Kalimantan: Terdapat potensi besar dari blok Geng North dan proyek IDD (Indonesia Deepwater Development).
- Sulawesi (Senoro-Toili): Menyokong produksi LNG Donggi Senoro (kapasitas 2 MTPA).
- Maluku: Potensi besar dari Proyek Masela.
- Papua: Produksi gas dari Ubadari dan AKM dinilai mampu menciptakan kelebihan pasokan.
SKK Migas Dorong Efisiensi Distribusi Nasional
Menariknya, Kurnia menekankan pentingnya strategi nasional untuk mengalirkan surplus gas ke wilayah defisit melalui:
- Pengembangan kapasitas terminal LNG dan sistem pengangkutan, termasuk armada kapal.
- Peningkatan efisiensi jaringan pipa besar domestik yang menghubungkan Sumatera dan Jawa, sebagai tulang punggung distribusi nasional.
“Produksi di wilayah barat Indonesia mengalami tren penurunan. Kita harus pastikan gas dari wilayah timur atau surplus bisa mengalir efisien ke barat, baik lewat pipa maupun LNG carrier,” ujar Kurnia.
Implikasi Bisnis
Pemetaan ini menjadi sinyal penting bagi pelaku industri:
- Operator hulu dapat mengkaji kembali monetisasi aset di wilayah surplus.
- Investor midstream berpeluang membangun infrastruktur LNG kecil-menengah (small scale LNG) dan terminal regasifikasi.
- Pengembang pipa transmisi memiliki peluang strategis memperluas jaringan antarwilayah, seiring dorongan kebijakan gasifikasi nasional.