Jakarta, ruangenergi – Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha menjadi narasumber dalam Webinar Nasional Tantangan Masa Depan Batubara dalam Menghadapi Transisi Clean Energy, Sabtu (22/1) yang diselenggarakan oleh Indonesian Student Mining Competition XII melalui konferensi video. Turut hadir sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut antara lain Ardhi Ishak Koesen yang mewakili PT. Pama Persada Nusantara, Setiadi Wicaksono Head SCD PT. Bukit Asam serta Hendra Sinadia sebagai Direktur Eksekutif APBI-ICMA.
Satya yang didaulat sebagai pembicara pertama kembali mengingatkan tentang komitmen Indonesia tentang perubahan iklim yang telah disepakati dalam Paris Agreement dan juga COP 26 Glasgow. Satya mengungkap bahwa dalam Nationally Determined Contribution (NDC) komponen terbesarnya adalah sektor energi dan land use dimana dari sektor energi pada tahun 2020 penyumbang terbesarnya adalah berasal dari pembakaran bahan bakar pembangkitan listrik sebesar 35%.
Lebih lanjut Satya menuturkan bahwa NDC di sektor energi pada Tahun 2020 mencapai 64,4 Juta Ton atau dengan kata lain lebih baik dari target yang dicanangkan sebesar 58 Juta Ton.
“Pada sektor energi target reduksi emisi pada tahun 2030 adalah sebesar 314 Juta Ton yang terdiri dari pemanfaatan EBT sebesar 170 Juta Ton, sedangkan sisanya bersumber dari efisiensi energi, penggunaan bahan bakar rendah karbon, penggunaan teknologi pembangkit bersih dan kegiatan lainnya,” ucapnya.
Diakhir Satya menjelaskan mengenai strategi transisi energi di Indonesia menuju NZE 2060. Ia berucap bahwa energi fosil masih akan tetap ada tetapi akan diganti menggunakan teknologi bersih sehingga emisi yang dihasilkan dapat tereduksi.
“Secara perlahan kita akan menuju penggunaan energi baru terbarukan sampai nantinya EBT sudah stabil dan harganya terjangkau. Percepatan penggunaan EBT bisa didorong dengan adanya aturan Undang-Undang atau Peraturan Presiden,” pungkasnya.
Ardhi Ishak yang mewakili Pama Persada menjelaskan bahwa produksi batubara pada Tahun 2021 mencapai 613 Juta Ton dimana 133 Juta Ton dikonsumsi untuk kebutuhan dalam negeri dan sisanya di export.
“Untuk tahun ini konsumsi dalam negeri diperkirakan masih naik menjadi 146 Juta Ton dimana 80% digunakan untuk pembangkit listrik dan sisanya untuk keperluan industri,” katanya.
“Melihat perkembangan pemanfaatan energi baru terbarukan kedepannya, industri tambang harus melakukan respon terhadap perkembangan yang terjadi saat ini yaitu terkait isu lingkungan dan perubahan iklim yang menjadi topik utama dunia,” tambahnya.
Sementara itu perwakilan PT. Bukit Asam Setiadi Wicaksono menuturkan bahwa memang pada saat ini harga batubara masih sangat ekonomis sehingga menjadi tulang punggung pembangkitan listrik di Indonesia.
“PTBA saat ini tidak hanya bergerak dalam pertambangan batubara namun sudah bergerak kearah pembangkitan listrik, energi baru terbatukan dan coal to chemical,” ujarnya.