Jakarta, Ruangenergi.com – Pernyataan nuklir merupakan energi yang sangat berbahaya adalah persepsi salah. Hal tersebut dikatakan oleh Direktur Operasi PT ThorCon Power Indonesia, Bob Sulaiman Effendi, saat diskusi santai dengan media di Bilangan Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (05/11).
Dia menambahkan, kekhawatiran dan ketakutan masyarakat pada nuklir atau Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah dikaji secara ilmiah dan menghasilkan kesimpulan yang logis dan berimbang.
Dalam buku “Kajian Akademik : Nuklir Sebagai Solusi dari Energi Ramah ingkungan yang Berkelanjutan untuk Mengejar Indonesia Sejahtera dan Rendah Karbon pada Tahun 2050” yang dilakukan oleh Universitas Sebelas Maret (UNS) dan ThorCon Power, menyimpulkan bahwa PLTN merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan, andal dan berkelanjutan.
Tak hanya dengan UNS, ThorCon juga menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk melakukan pembangunan laboratorium Molten Salt Reactor (MSR). Di mana, ujar Bob, laboratorium tersebut nantinya akan menjadi pelopor untuk penelitian dan pengembangan bahan bakar (fuel salt) dari MSR (bahan bakar cair campuran garam uranium thorium).
“Bahan bakar MSR ini telah ditunjuk International Atomic Energy Agency (IAEA) sebagai reactor yang direkomendasikan untuk dibangun di dunia,” terangnya.
“Nuklir sebagai energi baru, perlu dipertimbangkan secara serius oleh pemerintah sebagai pemenuhan janji Indonesia mendapatkan lingkungan bebas emisi karbon,” ungkap Bob.
Ia melanjutkan, nuklir dikatakan sebagai energi ramah lingkungan karena bebas emisi gas rumah kaca, footprint relatif kecil, tidak mengganggu keseimbangan ekosistem, serta limbahnya terkelola dan terkontrol dengan aturan yang jelas.
Tak hanya itu, PLTN juga bersifat andal karena mencapai kapasitas maksimum, beroperasi 24 jam tanpa sela, dan bersifat berkelanjutan karena potensi bahan bakar masih tersedia dan bekas bahan bakar dapat didaur ulang menjadi bahan bakar baru.
Nuklir menjadi solusi transisi energi yang sedang dilakukan oleh Indonesia guna mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari energi fossil. Hadirnya PLTN mampu menekan karbon dan menjadi solusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global.
“Isu mengenai limbah nuklir tidak bisa dikategorikan sebagai limbah (waste), karena masih mengandung unsur-unsur berharga dan bermanfaat. Teknologi terbaru terkait pengolahan limbah nuklir sedang dikembangkan SYLOS yakni menggunakan laseryang dikemukan pertama kali oleh Gerard Mourou (Pemenang hadiah Nobel Fisika 2018). Selain itu, pengawasan limbah nasional juga dilakukan secara ketat oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) di tingkat International Atomic Energy Agency (IAEA),” imbuhnya.
Lebih jauh, Bob mengungkapkan bahwa, ThorCon Power Indonesia akan membangun PLTN di Indonesia yang berlokasi di Bangka Belitung. Pihaknya menggandeng Universitas Bangka Belitung untuk melakukan survei ke salah satu pulau di Bangka Belitung, lokasi pembangunan PLTN tersebut.
Di mana, tim dari ThorCon Indonesai akan melakukan survei dan sosialisasi ke masyarakat untuk memberikan edukasi mengenai kehadiran/pembangunan PLTN di Indonesia.
“Kita akan mulai dibangun di 2024 dan rencana selesai di 2028, dengan membangun Thorcon Molten Salt Reactor (TMSR-500) generasi ke-4,” tutupnya.