Jakarta, Ruangenergi.com – Pilot project konversi batu bara menjadi artificial graphite dan anode sheet untuk bahan baku baterai, terutama baterai Lithium-ion (Li-ion) mulai dilakukan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Hal ini dilakukan guna memacu hilirisasi dan ketahanan energi sesuai Astacita Presiden Prabowo Subianto.
Menurut Direktur Pengembangan Usaha PT Bukit Asam Rafli Yandra, proyek tersebut dilakukan bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang secara perdana telah dilakukan soft launching pilot project artificial graphite dan anode sheet di Kawasan Industri Tanjung Enim pada 15 Juli 2024.
“Sebagai bagian dari Kementerian BUMN, Bukit Asam berkomitmen mendukung kebijakan pemerintah yang mendorong hilirisasi batu bara untuk menciptakan nilai tambah di dalam negeri, sekaligus memperkuat ketahanan energi nasional,” katanya di Jakarta, Rabu (29/1/2025).
“Pengembangan artificial graphite dan anode sheet dapat menjadi terobosan penting dalam hilirisasi batu bara. Selain itu, juga akan mendukung kemajuan industri kendaraan listrik di dalam negeri,” sambungnya.
Lebih jauh ia mengatakan, bahwa produk hilir batu bara lainnya yang juga sedang dikembangkan PTBA adalah asam humat. Dikatakan, penelitian dan pengembangan batu bara kalori rendah menjadi asam humat dilakukan PTBA bersama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM).
“Peluncuran protoype (purwarup) asam humat telah dilakukan di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) Peranap, Indragiri Hulu, Riau, pada 12 Desember 2024. Prototype tersebut selanjutnya akan dikembangkan untuk menuju pilot project,” ungkapnya.
Dijelaskan, bahwa asam humat merupakan zat organik (pupuk) yang dapat membantu menyuburkan dan meningkatkan kualitas tanah dengan cara memperbaiki struktur, menjaga kelembapan, dan membantu tanaman menyerap nutrisi lebih baik.
“Hilirisasi batu bara menjadi asam humat ini mendukung program Astacita dalam hal swasembada pangan yang saat ini menjadi prioritas pemerintah. Kami berharap inovasi tersebut nantinya dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” papar Rafli.
Dalam rangka menghadirkan ketahanan energi, pihaknya turut melakukan diversifikasi bisnis ke energi baru terbarukan (EBT). PTBA juga memiliki sejumlah lahan bekas tambang yang sedang dijajaki pemanfaatannya untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Di antaranya lahan pascatambang Ombilin (Sumatera Barat) dan Tanjung Enim (Sumatera Selatan). Potensi PLTS di lahan pasca tambang tersebut mencapai 200 megawatt-peak (MWp).
“Perusahaan sejauh ini telah membangun PLTS di Bandara Soekarno-Hatta bekerja sama dengan PT Angkasa Pura II (Persero), yang sudah beroperasi penuh sejak Oktober 2020. PLTS tersebut berkapasitas maksimal 241 kilowatt-peak (kWp) dan terpasang di Gedung Airport Operation Control Center (AOCC),” jelasnya.
Tak hanya dengan Angkasa Pura II, lanjut dia, PTBA juga bekerja sama dengan Jasa Marga Group untuk pengembangan PLTS di jalan tol. PLTS berkapasitas 400 kWp di Jalan Tol Bali-Mandara telah selesai dibangun dan diresmikan pada 21 September 2022. Perusahaan pun bekerja sama dengan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) dalam pembangunan PLTS berkapasitas 23,07 kWp yang mencapai tahap COD pada Juni 2023.
“Berbagai terobosan untuk mendorong hilirisasi dan pengembangan EBT akan terus kami lanjutkan dan berkomitmen untuk terus berkontribusi pada ketahanan energi nasional, pembangunan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat,” tutup Rafli.(SF)