Jakarta,ruangenergi.com-PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) berhasil melampaui target jumlah pengeboran sumur untuk periode dua bulan awal pasca alih kelola Wilayah Kerja (WK) Rokan. Dari target 45 sumur tajak untuk periode Agustus-September, PHR WK Rokan mampu menyelesaikan 47 sumur tajak. PHR saat ini telah mengoperasikan 16 rig pengeboran dan akan terus menambah jumlahnya guna mendukung program kerja masif dan agresif.
Selain melampaui target pengeboran periode Agustus-September, PHR juga berhasil memperpendek waktu pengeboran hingga produksi awal dihasilkan atau put on production (POP). Dari sebelumnya sekitar 22 hingga 30 hari, kini menjadi sekitar 15 hari untuk area operasi Sumatra Light Oil (SLO) atau sumur-sumur penghasil jenis minyak ringan.
Di tahun depan, target pengeboran PHR meningkat menjadi 500 sumur. PHR optimis dengan keberhasilan ini, performa dan produksi PHR dapat terjaga dan terus meningkat.
Kesuksesan alih kelola WK Rokan tidak lepas dari dukungan SKK Migas, selaku institusi pengawas sektor hulu migas. Upaya yang dilakukan SKK Migas Sumbagut dalam alih kelola WK Rokan antara lain melakukan komunikasi dan koordinasi dengan para pemangku kepentingan, memastikan program pengeboran dan perizinan berjalan lancar, serta menjalin koordinasi intensif dengan para operator yang akan melakukan alih kelola.
Wilayah Kerja (WK) Rokan merupakan salah satu WK minyak tertua dan terbesar di Indonesia. Selama 60 tahun, tepatnya sejak 1958 sampai 2018, WK Rokan merupakan WK migas paling produktif di negara ini.
Pada 1973, di puncak masa produksinya, WK Rokan mampu menghasilkan 1 juta barel minyak per hari. Bahkan saat ini, WK Rokan masih menjadi salah satu tulang punggung produksi minyak nasional dengan menyumbangkan sekitar 24% dari total produksi minyak mentah harian.