Wow! Indonesia dan Malaysia Akan Pimpin Kebangkitan Hulu Migas Asia Tenggara

Jakarta, ruangenergi.com-Indonesia dan Malaysia diproyeksikan akan memimpin kebangkitan sektor hulu migas di Asia Tenggara.

Pertumbuhan ini sebagian besar didorong oleh transisi strategis kawasan ini dari batubara ke gas alam, ditambah dengan lonjakan kebutuhan energi dan peningkatan industrialisasi.

Industri minyak dan gas Malaysia sedang mengalami fase transformatif untuk meningkatkan kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas. Hal ini terlihat dari langkah-langkah seperti perusahaan besar TotalEnergies dan Chevron yang membeli saham di perusahaan-perusahaan energi Malaysia.

PETRONAS sendiri juga sedang mencari investor baru untuk proyek-proyek energi yang menunjukkan Malaysia sebagai tempat yang menarik untuk investasi energi. Sebanyak 41 blok diberikan dari tahun 2021 hingga 2024 (year to date) di Malaysia, meningkat dari hanya 15 blok antara tahun 2017 dan 2020.

Demikian pula, Indonesia sedang melakukan berbagai upaya untuk menarik investasi di sektor minyak dan gas.Penawaran blok eksplorasi baru mulai berfokus pada pemanfaatan sumber daya nonkonvensional.

Langkah ini dilengkapi dengan revisi substansial pada regulasi serta implementasi kebijakan fiskal yang ramah investor, dengan tujuan untuk merampingkan proses investasi.

Peningkatan kegiatan pengeboran migas juga menjadi strategi Indonesia untuk memenuhi kebutuhan energi dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan. Langkah-langkah progresif dan berani ini telah membuahkan hasil. Jumlah sumur eksplorasi di Indonesia dan Malaysia meningkat dua kali lipat sejak tahun 2021, dan pada tahun 2023 memberikan hasil terbaik di Asia Tenggara selama lebih dari satu dekade.

Pimpin Investasi

Indonesia diprediksi akan memimpin dalam investasi gas lepas pantai di kawasan ini dibandingkan dengan Malaysia. Hal ini didukung oleh proyek-proyek besar yang sedang dikembangkan dan penemuan-penemuan gas baru di beberapa wilayah di Indonesia.

Dalam catatan ruangenergi.com, proyek-proyek tersebut diantaranya Abadi LNG yang dioperasikan oleh Inpex, Indonesia Deepwater Development (IDD) milik ENI, dan Tangguh Ubadari Carbon Capture (UCC) milik BP. Inisiatif-inisiatif ini, bersama dengan penemuan-penemuan terbaru di Provinsi Kalimantan Timur dan Andaman, diperkirakan akan menyumbang 75% dari total investasi gas lepas pantai Indonesia yang dijadwalkan untuk masuk ke tahap Final Investment Decission (FID).

Proyek-proyek tersebut dimungkinan bisa menyumbang sebagian besar investasi gas lepas pantai Indonesia dalam beberapa tahun mendatang. Walau begitu, Malaysia juga memiliki aktivitas yang cukup tinggi di sektor ini, namun tetap saja terbuka peluang untuk Indonesia menjadi pemain utama di kawasan.

Indonesia mengantisipasi peningkatan aktivitas FID di sektor hulu migas mulai tahun 2025,
didukung oleh proyek-proyek besar yang dipelopori oleh pemain global seperti BP dan ENI.

Proyek-proyek FID Malaysia

Sejumlah proyek-proyek final investment decision (FID) Malaysia yang akan datang menggarisbawahi penemuan-penemuan signifikan yang dibuat sejak tahun 2020, terutama yang dikelola oleh Petronas, PTTEP, dan Shell.

Di seluruh Asia Tenggara, lebih dari separuh proyek gas yang direncanakan mengandung kandungan CO2 lebih dari 5% dan sebagian besar dikelola oleh NOC (National Oil Company) dan perusahaan internasional besar, dengan tren yang menonjol terhadap strategi pengembangan klaster untuk proyek-proyek laut dalam.

Aktivitas Merger and Acquisition terbukti menjadi katalisator pertumbuhan lebih lanjut sektor hulu migas. Kesepakatan seperti akuisisi TotalEnergies senilai US$1,4 miliar atas Sapura OMV JV yang diperebutkan di Malaysia dan pembelian aset Chevron dan Neptune di Indonesia oleh ENI adalah kunci untuk membuka peluang pertumbuhan.

Menyoroti hal tersebut, yakni eksplorasi dan optimasi, dipastikan bisa meningkatkan keuntungan dari infrastruktur dan pasar yang sudah mapan. Pada akhirnya, untuk mempertahankan momentum perkembangan positif ini, regulator di Asia Tenggara perlu terus mendorong eksplorasi yang berkelanjutan dan, yang terpenting, memelihara jalur pengembangan proyek agar juga tetap berkelanjutan dan ekonomis.

Keinginan industri untuk mengejar peluang-peluang baru dapat berkurang jika tidak ada langkah konkret untuk membawa penemuan-penemuan terbaru ke fase produksi. Hal ini juga berarti, pembuat keputusan harus memiliki rencana aksi yang lebih tegas terhadap aset-aset lama yang sudah ada.

Batas harga domestik perlu dipertimbangkan kembali sementara proses persetujuan perlu
disederhanakan dan dipercepat. Dalam kasus kasus tertentu, insentif fiskal akan sangat
dibutuhkan untuk menghidupkan kembali aset aset yang sudah mati suri.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *