Bojonegoro, Jateng, ruangenergi.com– Di tengah deru aktivitas industri dan kokohnya pipa-pipa raksasa yang mengalirkan energi bagi negeri, sebuah pemandangan kontras namun menyejukkan tampak di area Gas Processing Facilities (GPF) Jambaran Tiung Biru (JTB).
Rabu pagi itu (19/11/2025), tanah di Desa Bandungrejo, Ngasem, Bojonegoro, tidak sedang dibor untuk mencari gas. Sebaliknya, tanah itu disentuh dengan lembut, digali dangkal, untuk menyambut kehidupan baru yang hijau.
Di sinilah Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12 sedang menulis narasi berbeda. Sebagai operator lapangan gas raksasa, mereka membuktikan bahwa operasi industri dapat berjalan beriringan dengan detak jantung alam. Memperingati Hari Pohon Sedunia 2025, PEPC menggelar aksi penanaman pohon yang jauh melampaui sekadar ritual tahunan.
Bagi Benny Rahadian, Manager HSSE Operations PEPC Zona 12, kegiatan ini memiliki nyawa tersendiri. Di hadapan jajaran manajemen dan pekerja yang hadir, ia menegaskan bahwa aksi ini adalah wujud nyata dari prinsip keberlanjutan.
“Ini bukan sekadar seremoni saja ya, namun merupakan implementasi konkret dari komitmen PEPC dalam mendukung pencapaian SDGs,” ujar Benny.
Ia merujuk pada poin krusial dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan: Penanganan Perubahan Iklim (Climate Action) dan Ekosistem Daratan (Life on Land). Setiap batang pohon yang ditanam hari itu diproyeksikan menjadi penyerap karbon alami sekaligus penjaga keanekaragaman hayati di masa depan.
Hal yang membuat aksi di Rabu pagi itu terasa lebih istimewa adalah “tamu kehormatan” yang dihadirkan. PEPC tidak memilih bibit pohon sembarangan. Mereka membawa misi restorasi ekologis dengan menanam spesies-spesies endemik yang kini statusnya mulai langka, terancam punah, dan dilindungi.
Nama-nama flora eksotis seperti Klampok (Syzygium densiflorum), Tenggulun (Protium javanicum), Sonokeling (Dalbergia latifolia), hingga Wangon (Olax psittacorum) kini memiliki rumah baru di area GPF.
Pemilihan ini adalah strategi cerdas. Bukan sekadar menambah ruang terbuka hijau, tetapi sebuah upaya menyelamatkan plasma nutfah lokal. PEPC seolah ingin mengembalikan wajah asli hutan Jawa di tengah modernitas fasilitas migas.
Suasana kebersamaan sangat terasa ketika Sr. Manager Production and Projects PEPC Zona 12, Yedi Rahmat Supriyadi, membuka sesi penanaman. Sebanyak 15 bibit ditanam secara simbolis, menandai dimulainya target penanaman total 200 pohon.
Kehadiran perwakilan Pimpinan Regional Indonesia Timur dan Fungsi Environment dari Zona 11 memperkuat pesan bahwa kepedulian ini bukan gerakan parsial, melainkan visi seragam Grup Pertamina.
Metode penanamannya pun dirancang teliti. Jumlah yang terukur memastikan setiap pohon mendapatkan perawatan optimal hingga tumbuh mandiri. Harapannya, area operasional JTB tidak hanya menjadi lumbung energi fosil, tetapi bertransformasi menjadi kawasan asri yang menyumbang oksigen bagi masyarakat sekitar.
Kini, di Desa Bandungrejo, bibit-bibit Wangon dan Tenggulun itu mulai menancapkan akarnya. Mereka berdiri sebagai saksi bisu komitmen PEPC: bahwa memenuhi kebutuhan energi nasional tidak harus mengorbankan kelestarian bumi. Generasi mendatang berhak mewarisi keduanya—ketersediaan energi yang cukup dan lingkungan yang tetap hijau.












