Jakarta, Ruangenergi.com – Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyebut, pihaknya siap berkolaborasi dengan perusahaan asal Korea Selatan membangun industri baterai kendaraan listrik.
Adalah konsorsium MIND ID yang terdiri dari PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina (Persero), dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), dengan LG Energy Solution Ltd (LG) perusahaan electric vehicle (EV) battery kendaraan listrik asal Korea Selatan.
Menteri BUMN Erick Thohir dalam keterangan resminya mengungkapkan investasi ini dipastikan berjalan dari sisi produksi dan juga memiliki pasar di dalam dan luar negeri.
“LG akan bermitra dengan konsorsium baterai BUMN di seluruh rantai pasok produksi. Pada pelaksanaannya akan ditindaklanjuti dengan studi bersama (joint study) untuk mengukur secara detail kerja sama yang akan dilakukan kedua pihak dari sektor hulu sampai hilirnya,” terang Erick, (31/12).
Menurutnya, sebagian proyek nantinya akan berlokasi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah, yang mana pada akhir Juni lalu sudah ditinjau oleh Presiden Jokowi.
Dikatakan olehnya, kawasan industri seluas 4.300 HA ini merupakan percontohan kerja sama pemerintah dan BUMN dalam menyediakan lahan yang kompetitif dari sisi harga, konektivitas, dan tenaga kerja.
Ia mengungkapkan, rencananya, sebagian baterai yang dihasilkan dari proyek ini akan disuplai ke pabrik mobil listrik pertama di Indonesia yang sudah lebih dahulu ada dan dalam waktu dekat akan segera memulai tahap produksi.
Pasalnya, pengembangan industri baterai listrik terintegrasi merupakan langkah konkret yang sesuai dengan target Presiden Jokowi untuk mendorong transformasi ekonomi menuju Indonesia Maju 2045 mendatang. Sebab, hilirisasi pertambangan merupakan salah satu wujud transformasi.
Sementara, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia mengungkapkan, Indonesia akan naik kelas dari produsen dan eksportir bahan mentah menjadi pemain penting pada rantai pasok dunia untuk industri baterai kendaraan listrik.
Karena industri baterai memegang peranan kunci, agar bisa mencapai 40% dari total biaya untuk membuat sebuah kendaraan listrik.
Bahlil menambahkan, dalam realisasi investasi proyek, perusahaan joint venture akan memprioritaskan bekerja sama dengan pengusaha nasional, terutama yang ada di daerah dan UKM (Usaha Kecil dan Mikro) lokal yang memiliki kapabilitas dan kapasitas dalam setiap rantai pasok.
Dengan begitu, diharapkan dapat menggerakkan perekonomian nasional yang berdampak positif bagi daerah.
“Jadi, investasi ini akan menjadi model kolaborasi komplet yang melibatkan perusahaan asing dengan reputasi global, BUMN yang mumpuni, dan pelaku ekonomi swasta nasional/daerah yang kuat,” tutur Bahlil.
Prioritaskan Produk Lokal
Bahlil menuturkan, hal lainnya yang juga menjadi bagian dari perjanjian nota kesepahaman tersebut yakni memprioritaskan produk lokal guna meningkatkan daya saing dan produktivitas industri nasional.
“Pemerintah Indonesia juga memastikan bahwa proyek investasi raksasa ini akan menyerap sebesar-besarnya Tenaga Kerja Indonesia,” ungkap Bahlil.
Sebagaimana diketahui, negara-negara di dunia saat ini tengah mencanangkan pengurangan konsumsi bahan bakar dan pengurangan emisi karbondioksida (CO2) dan pencanangan penerapan kendaraan listrik sebanyak 15% – 100% dari total kendaraan yang beredar.
Ia memperkirakan, pada tahun 2040 terdapat 49 juta unit kendaraan listrik (electric vehicle) atau sekitar 50% dari total permintaan otomotif dunia.
Selain itu, lanjutnya, beberapa pabrikan mulai mengalihkan lini produksi kendaraan konvensionalnya menjadi kendaraan listrik, yaitu antara 20% – 50% dari total produksinya.
Lebihbjauh ia mengatakan, target penerapan kendaraan listrik di dunia akan terus meningkat secara bertahap dalam rentang tahun 2020-2030.
Adapun beberapa negara di Asia yang akan mulai menerapkannya, yakni, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sebanyak 8,75 juta unit kendaraan; Thailand sebanyak 250 ribu unit kendaraan; Vietnam dan Malaysia masing-masing sebanyak 100 ribu unit kendaraan.